MANAMA - Israel dan Bahrain secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Kesepakatan, yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) itu, ditandatangani di Ibu Kota Bahrain, Manama, pada Minggu (18/10/2020).
Selama beberapa dekade, sebagian besar negara Arab telah memboikot Israel, bersikeras mereka hanya akan menjalin hubungan setelah perselisihan Palestina diselesaikan.
Bahrain sekarang menjadi negara Arab keempat di Timur Tengah, setelah Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Yordania, yang mengakui Israel sejak Negara Zionis tersebut didirikan pada 1948.
BACA JUGA: UEA dan Bahrain Tandatangani Normalisasi Hubungan dengan Israel di Gedung Putih
Palestina mengutuk langkah diplomatik itu sebagai "pengkhianatan".
Pejabat Bahrain dan Israel menandatangani “komunike bersama” untuk membangun hubungan diplomatik penuh dalam sebuah upacara di Manama pada Minggu malam. Kedua negara sekarang diharapkan akan membuka kedutaan besarnya.
Media Israel melaporkan bahwa dokumen tersebut tidak menyertakan referensi apa pun tentang konflik Israel-Palestina.
Setelah penandatanganan, Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al-Zayani mengatakan dalam pidatonya bahwa ia mengharapkan "kerja sama bilateral yang bermanfaat di setiap bidang" antara kedua negara.
Dia juga menyerukan perdamaian di kawasan itu, termasuk solusi dua negara untuk konflik Palestina, demikian diwartakan BBC.
BACA JUGA: Khianati Perjuangan Palestina, 4 Negara Arab Ini Normalisasi Hubungan dengan Israel
Para pemimpin Palestina dilaporkan terkejut dengan pengumuman itu. Mereka mengutuk kesepakatan UEA dengan Israel dan kemudian perjanjian yang ditandatangani Bahrain.
Kementerian Luar Negeri Palestina menarik duta besarnya untuk Bahrain setelah kesepakatan itu diumumkan bulan lalu. Dalam pernyataannya, kepemimpinan Palestina berbicara tentang kerugian besar yang ditimbulkannya terhadap hak-hak nasional yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan tindakan bersama Arab".
(Rahman Asmardika)