Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pilpres AS Memanas, "Skenario Kiamat" yang Ditakutkan Rakyat Amerika Terwujud?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 05 November 2020 |07:52 WIB
Pilpres AS Memanas,
Donald Trump (Foto: BBC Indonesia)
A
A
A

SELAMA berminggu-minggu menjelang pemilu, Donald Trump telah mengatakan bahwa jika selisih perolehan suara dalam pemilihan presiden tipis, ia akan menuduh lawannya dari Partai Demokrat melakukan kecurangan pemilu dan berusaha mencuri kemenangan darinya.

Pada Rabu 4 November dini hari, ia melakukan itu: kendati jutaan surat suara yang sah belum selesai dihitung, ia mengumumkan kemenangannya sebelum waktunya. "Kami sudah bersiap-siap untuk memenangkan pemilihan ini. Terus terang, kami sudah memenangkan pemilihan ini," kata Trump dalam pidato di Gedung Putih.

Tanpa memberikan bukti apapun, ia melanjutkan dengan klaim bahwa telah terjadi "kecurangan" pemilu. "Ini penipuan besar-besaran di negara kita. Kita ingin hukum digunakan secara tepat. Jadi, kita akan pergi ke Mahkamah Agung AS. Kita ingin semua pemungutan suara dihentikan."

Permintaan Trump diwujudkan tim kampanyenya, yang mengatakan akan segera meminta perhitungan ulang di Wisconsin dengan dalih adanya "laporan kejanggalan di beberapa distrik". Dan di Michigan dan di Pennsylvania, tim kampanye Trump telah melayangkan gugatan untuk menghentikan perhitungan suara.

Memalukan, belum pernah terjadi, tidak benar 

Para pendukung Demokrat dan bahkan beberapa pendukung sang presiden segera merespons. Saingan Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengatakan pemilu belum berakhir "sampai setiap surat suara dihitung".

"Kami berada di jalur untuk menang," tegasnya.

Manajer kampanye Biden, Jen O'Malley Dillon, menyebut pernyataan Trump "keterlaluan, belum pernah terjadi, dan tidak benar".

"Itu keterlaluan karena jelas-jelas merupakan upaya untuk merampas hak-hak demokrasi warga Amerika," katanya.

"Ini pertama kalinya terjadi karena belum pernah dalam sejarah kita seorang presiden Amerika Serikat berusaha untuk melucuti suara rakyat Amerika dalam pemilihan nasional."

Alexandria Ocasio-Cortez dari Partai Demokrat, yang memenangkan pemilihan kembali untuk kursinya di Kongres, mengecam klaim Trump sebagai "tidak sah, berbahaya, dan otoriter".

"Hitung suara. Hormati hasilnya," ujarnya dalam sebuah cuitan di Twitter.

Joe Biden 

Bahkan beberapa pendukung partai Trump sendiri, Partai Republik, menyuarakan kekhawatiran.

Salah satunya mantan Senator Republik dari Pennsylvania, Rick Santorum. Santorum berkata ia "sangat terganggu" dengan komentar Trump. "Menggunakan kata penipuan ... menurut saya itu salah," ujarnya di CNN.

Dan Ben Shapiro, komentator berhaluan konservatif dan kritikus Trump, dalam sebuah twit menyebut komentar Trump "sangat tidak bertanggung jawab".

Setelah Trump berbicara, Wakil Presiden Mike Pence mencoba menghaluskan ucapannya, menolak untuk mendeklarasikan kemenangan dan menegaskan bahwa semua suara yang diberikan secara sah akan dihitung. Ketegangan tersebut jelas sangat dirasakan di kalangan akar rumput.

Sinta Penyami Storms, anggota dewan kepemimpinan Asian Americans and Pacific Islanders untuk Partai Demokrat, mengatakan ia merasa gugup bercampur optimis.

"Saat ini, kita masih nervous, tapi sangat optimis karena surat suara dari pos, yang katanya sekitar satu juta belum dihitung, jadi untuk saat ini, walau agak gugup, masih sangat optimis Biden memenangkan pemilihan ini."

Seorang pendukung Trump, Emmanuel Tandean, pendeta di Gereja New Life Praise Centre, Philadelphia, mengaku mengikuti hasil pemilihan sejak malam sampai pagi dengan perasaan bercampur optimis dan cemas.

"Ya, sempat nervous, optimis dan kembali nervous ... karena masih tidak jelas," katanya.

"Sudah terlanjur"

Akan tetapi kerusakan sudah terlanjur terjadi, kata wartawan BBC di Amerika Utara, Anthony Zurcher.

"Terlepas Trump pada akhirnya menang atau kalah, ia telah mempermasalahkan pemilihan ini, karena ia mempertanyakan mesin demokrasi Amerika itu sendiri," kata Zurcher.

Pandemi virus corona menyebabkan lonjakan dalam jumlah pemilih AS yang memilih untuk memberikan suara mereka lebih awal lewat pos, yang memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menghitung surat suara.

Di beberapa negara bagian, penghitungan surat suara mungkin perlu waktu berhari-hari.

Anthony Zurcher berkata pemilu AS kini memasuki "skenario kiamat yang ditakuti banyak warga Amerika, ketika presiden Amerika Serikat sendiri - dari Gedung Putih - memperkeruh penghitungan suara."

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement