Gusti Moeng yang juga Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan ini mengaku sangat prihatin melihat kondisi Keraton saat ini.
Pasca konflik 2017 yang berujung pengusiran dirinya dan anggota keluarga trah Mataram serta para Sentono dan Abdi Dalem lainnya yang dianggap berseberangan dengan Pakubuwono XIII, pada 15 April 2017 silam, sejak saat itu dirinya dan keluarga besar lainnya tidak bisa masuk lagi kedalam Keraton.
Pasalnya, seluruh akses masuk kedalam ditutup. Dan harus mendapatkan ijin dari PB XIII untuk bisa masuk.
"Sehingga kegiatan aktifitas adat dan budaya yang berada di dalam karaton tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya di karenakan tertutupnya semua akses masuk bagi sentono dalem, abdo dalem garap (abdi dalem yang bekerja setiap harinya di dalam karaton)," terangnya.
Menurut Gusti Moeng, ada hikmah dibalik dirinya dan Keponakannya (Putri PB XIII) terkunci didalam Keraton. Dimana dirinya bisa melihat dan mengabadikan kondisi di dalam Keraton pasca pengusiran 2017 yang sangat memprihatinkan.
Dimana banyak yang bangunana cagar budaya yang rusak, tidak terawat.
"Dan ada upaya pembiaran dari yang berkuasa saat ini di dalam keraton dan sebagian besar sudah berhasil saya dokumentasikan," papar Gusti Moeng.
Seperti yang diberitakan sebelimnya, dua putri Raja, GKR Wandansari alias Koesmoertiyah (Gusti Moeng) dan Putri Raja PB XIII GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani bersama dua penari tarian Bedaya dan Sentono terkunci didalam Keraton selama 3 hari 2 malam.
(Awaludin)