Dia juga meminta pengasuh mengambil foto popok kotor setiap bayi sehingga dia dapat menentukan apakah isi kotoran bayinya 'berwarna dan konsisten.
“Setiap anak memiliki buku harian yang mencatat SEMUA detail hidupnya - apa yang kami makan, berapa banyak kami makan, bagaimana saya tidur, bagaimana saya berjalan, berapa banyak yang pergi ke toilet, berapa banyak yang menangis, perubahan apa yang terjadi dengan tubuh merea”, paparnya.
Christina, yang bersikeras pada rutinitas pengasuhan anak yang ketat, mengklaim 10 bayinya tidur 'dari jam 20.00 sampai 06.00 setiap hari. Kemudian pengasuh keluarga mencatat setiap detail anak-anak dalam satu set buku harian.
Setelah menidurkan anak-anak, Christina melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memastikan makanan, membuat jadwal menu, dan janji kesehatan.
Melalui posting-an Instagram baru-baru ini, Christina mengatakan rumahnya 'penuh relaksasi'. Mereka kerap menikmati 'menonton film dan kartun, makan junk food, bermain backgammon dan berjalan-jalan dengan anak-anak di sekitar rumah.
Dia menambahkan anak tertuanya sering membantunya untuk merawat bayi dan mengatakan dia suka merawat bayi-bayi itu.
Sementara itu Galip mengaku Christina adalah sosok pasangan yang didambakannya selama ini.
“Dia sangat mudah bersama, dia selalu memiliki senyuman di bibirnya namun pada saat yang sama pemalu dan misterius,” ungkap Galip.
."Dia adalah jenis istri yang selalu saya inginkan untuk diri saya sendiri, berlian yang belum dipotong di mana saya melihat betapa murni dan baik hati yang dia miliki,” terangnya.
Seperti diketahui, negara bagian Georgia telah mengizinkan ibu pengganti sejak 1997 selama pasangan yang terlibat adalah heteroseksual dan menikah.
Anak yang lahir otomatis menjadi anak pihak yang menyediakan materi genetik untuk pembuahan, dan ibu pengganti tidak memiliki hak apapun.
Semua calon ibu pengganti Christina menjalani konseling dan menandatangani dokumen resmi sebelum hamil dengan anak-anak yang secara genetik dari Christina dan suaminya.
Syaratnya yakni hanya wanita muda yang sudah pernah hamil setidaknya satu kali yang dipilih. Lalu pemeriksaan dilakukan untuk memastikan mereka tidak memiliki kebiasaan buruk atau kecanduan sebelum mengikuti program.
Para wanita diberikan konseling psikologis untuk memastikan mereka siap menghadapi tantangan, termasuk menyerahkan bayi saat lahir.
(Susi Susanti)