Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menelusuri Jejak Hamka Muda dan Muhammadiyah di Swiss van Java

Tim Okezone , Jurnalis-Kamis, 18 Februari 2021 |07:41 WIB
Menelusuri Jejak Hamka Muda dan Muhammadiyah di Swiss van Java
Buya Hamka (Foto: Ist)
A
A
A

Beruntung sumber lisan dan catatan keluarga perintis Muhammadiyah Garut, menunjukan bahwa ada kedekatan Hamka muda dengan mereka. Kalau informasi ini jadi rujukan, diperkirakan sekitar pertengahan tahun 1920-an Hamka—saat itu masih bernama Malik—sudah berkunjung ke kota Garut. Di rumah HM Djamhari—inisiator Muhammadiyah Garut sebagai rintisan awal Muhammadiyah di Jawa Barat inilah konon Hamka sering menginap, dan mungkin terinspirasi juga untuk menulis.

Tahun 1940 ketika diselenggarakan Conferentie Moehammadijah se-Hindia Timur (se-Indonesia), semacam konperensi Pimpinan Muhammadiyah setingkat Tanwir sekarang, bertempat di kota Garut. Tampak pula foto Hamka bersama kalangan Muhammadiyah Garut di depan mobil milik HM Djamhari di depan rumahnya Jl. Pasarbaru (seberang kantor Pegadaian).

Hamka dan Muhammadiyah

 

Sepulang dari Jawa, Hamka kembali ke kampung halamannya. Kemudian ia pergi naik haji ke Mekah dan kembali ke Medan. Hamka menerbitkan karya sastranya, Sabariyah. Dalam buku Ayah, karya Irfan Hamka, tercatat Hamka menikah tahun 1929. Melihat foto pernikahannya dan foto Hamka bertiga dengan Bung Karno dan Karim Oey di Bengkulu, tampak memiliki kemiripan dengan foto Hamka saat bewisata di Kawah Kamojang, Garut.

Sumber lisan dari keluarga Djamhari pernah menyebutkan, ”Hamka semasa muda suka menginap di rumah Mas Djamhari. Bahkan Hamka dikabarkan sempat menulis naskah buku di rumahnya tersebut.” Entah buku yang mana, tidak ada keterangan. Tetapi kalaulah Hamka muda sudah menginjak kota Garut sejak muda, pantas pula termotivasi untuk berkarya tulis. Tuan rumahnya adalah tokoh Muhammadiyah, pejuang dan bangsa pribumi pertama yang memiliki perusahaan percetakan di Garut saat itu.

Kedekatan Hamka dengan Muhammadiyah Garut bisa ditemukan dalam catatan 70 Tahun Buya Hamka (Yayasan Nurul Islam, 1978). Penulis sempat membaca bahwa Hamka menghadiri dan mengisi acara di Garut pada kegiatan Peresmian Masjid Muhammadiyah Lio, hasil renovasi arsitek putera Muhammadiyah, Ir. Achmad Noe’man. Acara ini dirangkai dengan Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke III, 24-28 Juli 1963 yang bertempat di Gedung Nasional (kini Gedung KNPI) Jl. Ahmad Yani.

Di samping itu kedekatan Hamka dengan tatar Sunda tampak pula saat mengisi acara penggalangan dana bagi pembangunan Masjid Salman ITB dan pembukaan Universitas Islam Bandung (Unisba). Saat itu perintis dan penggerak di Masjid Salman ITB dan Kampus Unisba banyak dari kader Muhammadiyah, seperti KH EZ Muttaqien, Prof. Ahmad Sadali, dan Ir. Ahmad Noe’man. Bukan itu saja berdirinya Rumah Sakit Al-Islam Bandung pun tidak lepas dari peranan kader Muhammadiyah di antaranya Ahmad Sadali dkk. Pantas di buku 50 Tahun Unisba bisa dilihat foto Buya Hamka bersama Prof. Achmad Sadali.

Bahkan Ahmad Noe’man terus bergerak dalam dakwah keumatan dengan pembangunan masjid-masjid di tanah air bahkan di luar negeri. Diawali dengan merenovasi Masjid Muhammadiyah Lio tahun 1960, dan mengarsiteki Masjid Mujahidin Muhammadiyah Jabar. Bahkan sampai menjelang wafatnya, Ahmad Noe’man bersama keluarganya memberikan kontribusi pula untuk rintisan perguruan tinggi Muhammadiyah, yaitu Universitas Muhammadiyah Bandung. Dalam konteks Muhammadiyah di Garut (Swiss van Jawa) Hamka muda saat itu telah turut andil mendukung dan mengisinya.

Sopaat Rahmat Selamet, Wakil Ketua MPI PW Muhammadiyah Jabar, dosen UM Bandung, seperti dikutip dari situs Muhammadiyah.or.id.

 

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement