Dalam dua Perang Dunia, pelukis dikerahkan untuk menciptakan ilusi optik. Matthew Wilson mengeksplorasi bagaimana unit kamuflase dan 'Tentara Hantu' terlibat dalam dalam operasi penipuan yang membantu memimpin Sekutu menuju kemenangan.
Ketika kita berpikir tentang seniman yang bekerja di masa perang, kita cenderung membayangkan seniman perang resmi atau yang bergerak dalam program propaganda.
Tetapi bagaimana jika seniman, seperti pemecah kode Bletchley Park, termasuk di antara pahlawan tanpa tanda jasa dalam perang?
Di masa perang, setiap orang harus memainkan peran mereka: laki-laki dan perempuan; tentara dan warga sipil profesional; semua orang dari semua lapisan masyarakat.
Peran seniman, sejarawan seni, arkeolog, dan profesional seni lainnya dalam konflik abad ini belum sepenuhnya diceritakan.
(Baca juga: Italia Setujui Vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk Lansia)
Namun kisah dua unit militer Perang Dunia Kedua dan inspirasi dari seniman yang bekerja di Perang Dunia Pertama memberi kita gambaran sekilas tentang bagaimana seniman bisa menjadi pemain kunci dalam peperangan di dunia modern.
Untuk pertama kalinya, mereka membingkai kembali zona pertempuran sebagai arena strategi kreatif, menjadikannya "teater" perang.
Di masa damai, pelatihan untuk menjadi seorang seniman melibatkan penciptaan ilusi: kemampuan untuk menguasai dan mereproduksi perspektif dan cahaya untuk membuat bayangan yang dapat megelabui mata.
Tidak semua seni bertujuan untuk menciptakan ilusi, tetapi ini adalah tema yang berulang dalam sejarah seni Barat, dari kisah pelukis Yunani kuno Zeuxis (yang bisa melukis anggur dengan begitu meyakinkan sehingga burung mencoba memakannya) hingga Op Art di tahun 1960-an.
Dalam masa perang, seniman secara tradisional memiliki peran kecil untuk dimainkan.
Tapi sejak Perang Dunia Pertama dan seterusnya, militer menyadari manfaat pengetahuan seniman tentang ilusi visual. Pengawasan dari udara kerap dilakukan, maka penyamaran sangat dibutuhkan.
(Baca juga: CDC Longgarkan Pembatasan Bagi yang Sudah Divaksin Covid-19)
Wawasan seniman tentang cahaya dan bayangan pun menjadi penting. Untuk pertama kalinya, keterampilan artistik dijadikan senjata.
Salah satu seniman ahli kamuflase di Inggris yang paling penting dalam Perang Dunia Pertama adalah Solomon J Solomon - anggota Royal Academy yang pernah belajar di bawah bimbingan pelukis Prancis terkenal Alexandre Cabanel.