Dalam Babad Mangir diceritakan bahwa rombongan pengantin Ki Ageng Mangir dan Rara Kasihan diiringi banyaknya emban pembawa ubarampe dan srah-srahan dengan cara dipikul. Karena terlihat pikulan srah-srahan itu mentul-mentul (memantul-mantul), maka lahirlah nama Bantul,Yogyakarta.
Ki Ageng Mangir menghadap dan sungkem menghaturkan sembah. Begitu Ki Ageng Mangir menyembah dan menundukkan kepalanya, Panembahan Senopati mengambil tombak Kyai Pleret dan segera menusuk dada Ki Ageng Mangir.
Meski dada sudah tertusuk tombak, Ki Ageng Mangir masih mempunyai daya. Ia berusaha menubruk Panembahan Senopati. Tetapi Panembahan Senopati dapat menghindarinya.
Baca Juga : Kisah Kudeta Ra Kuti Pengawal Raja Majapahit yang Ditumpas Gajah Mada
Lalu kepala Ki Ageng dibenturkan oleh Panembahan Senapati pada batu gilang yang merupakan singgasananya. Sesudah tewas, jasad Ki Ageng Mangir dimakamkan separuh di dalam benteng makam dan separuh berada di luar makam Raja-Raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta.
(Erha Aprili Ramadhoni)