”Di fase ini nabi secara kemanusiaan mendapatkan ujian yang cukup luar biasa, di mana tahun tersebut disebut sebagai tahun huzni (tahun kesedihan nabi). Tapi pada tahun kesedihan nabi ini, beliau kemudian mendapatkan hadiah, yaitu peristiwa Isra dan Mikraj itu,” terang Ali.
Oleh karena itu, menurut dia, peristiwa Isra dan Mikraj ini hadiah dari Allah kepada nabi setelah berjuang selama kurang lebih 13 tahun di Makkah hingga istrinya meninggal dunia.
Maka, menurut peristiwa tersebut harusnya dipahami oleh generasi penerus bangsa Indonesia untuk menghargai perjuangan nabi dahulu sebagaimana perjuangan bangsa Indonesia menghadapi penjajahan di masa lalu, dan mempertahankan kemerdekaan di masa kini terutama dalam melawan radikalisme dan terorisme yang ingin merusak keutuhan bangsa.
Baca Juga: MUI Haramkan Aktivitas Buzzer, Pengamat Sebut Percuma Jika Pemerintah Tidak Merespons
Kyai Ali menyebut bahwa di Madinah inilah nabi membuat sebuah aturan berbangsa dan bernegara, di mana masyarakat Madinah saat itu terdiri dari berbagai suku dan agama.
Nabi mampu menjadi pemimpin yang bisa diterima oleh semua rakyatnya baik yang beragama Yahudi, Nasrani maupun Majusi. Dan dapat diterima dengan baik oleh para kepala suku yang ada disana.