BLITAR - Harimau putih itu tertangkap penglihatan seorang paranormal di komplek Candi Mleri, Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, tempat persemayaman abu jenazah Raja Singasari Wisnuwardhana. Besarnya setara anak sapi. Posisinya duduk, bertumpu pada dua kaki belakang, seperti halnya pose harimau di banyak lukisan fabel. Hanya ekornya yang tidak berhenti bergerak, mengibasi lantai keramik ruangan.
Saat itu siang hari. Keduanya beradu pandang. Penyemedi itu terpukau dengan kedua mata sang harimau. Pupil itu ia rasakan menyorot tajam. Keberaniannya pun runtuh. Nyali lelaki asal Rejotangan, Kabupaten Tulungagung tersebut, mendadak ciut. Keringat dinginnya bercucuran. Khawatir membuat si macan putih kaget, perlahan ia beringsut meninggalkan ruangan.
"Di luar ruangan, orang Tulungagung itu tergopoh-gopoh menemui saya. Kejadian penampakan macan putih itu belum lama terjadi," tutur Ny Sunarni (61) juru pelihara Candi Mleri, di Desa Bagelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar kepada Sindonews.com, Minggu 14 Maret 2021.
Candi Mleri atau Waleri berada di Desa Bagelenan, Kecamatan Srengat. Dari Kota Blitar sekitar 15 kilometer. Lokasinya tidak jauh dari kawasan Gunung Pegat.
Yakni perbukitan setinggi 200 meter di atas permukaan laut, yang puncaknya diyakini sebagai pertapaan Dewi Kilisuci, putri sulung Prabu Airlangga, Raja Kahuripan. Mleri merupakan toponimi kuno Desa Bagelenan. Di masa kerajaan Kadiri, yakni pada kurun waktu 1091 saka atau 1169 masehi, Mleri berstatus sebagai desa perdikan atau desa merdeka pajak.
Mleri menjadi kawasan Mandala Karesian atau pusat pertapaan dan pendidikan Kaum Resi (1120 saka atau 1198 masehi). Pada tahun 1237 saka atau selama 185 tahun (1315-1500 masehi) di era Kerajaan Majapahit, Mleri menjadi tempat beribadah sekaligus tempat tinggal para resi. Prasasti Meleri (1091 saka) dan Prasasti Subashita (1120 saka) telah mengarsipkannya.
"Termasuk tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana atau Ranggawuni dari Kerajaan Singasari (1200 masehi)," tambah Sunarni yang menjadi juru pelihara Candi Mleri sejak tahun 1988. Suasana kuno masih terasa. Batu batu candi, arca, tugu prasasti, lingga yoni, yang dikelilingi pepohonan besar, kemudian mata air, serta aroma kemenyan yang terbakar, memperkuat sisa sisa peninggalan desa kuno Mleri.
Baca Juga : Kisah Ratu Kalinyamat Tapa Telanjang & Keramas Darah Aryo Penangsang
Terlihat sebatang pohon maja tua yang lagi berbuah. Tanaman yang mengilhami Raden Wijaya memberi nama Majapahit pada kerajaanya tersebut, tumbuh subur di sisi kanan pintu masuk candi Mleri. Sementara yang disebut pendharmaan atau penghormatan terhadap abu jenazah Raja Wisnuwardhana, bertempat di dalam bangunan cungkup yang bernama Kekunaan Mleri.
Saat masuk ruangan, Sunarni menunjuk sebuah makam yang berada di sisi kanan pintu masuk. Tampak kuburan kuno yang dibangun atas batu kuno. Posisinya membujur searah mata angin utara-selatan. Sekilas tidak berbeda dengan makam kuno yang banyak dijumpai di area pemakaman wali penyebar agama Islam. Selembar kain mori putih juga menyelubungi kedua nisannya.