Dijelaskannya, ada suatu peristiwa lagi, penghuni sekarang Budi utomo pernah ditemui wanita cantik yang selalu datang dari arah halaman Ndalem Kemasan kemudian menghilang. Rupanya depan halaman Ndalem Kemasan adalah jalan menuju jalan Widuran sebelum dibangun rumah rumah penduduk.
Suatu hari Budi Utomo tidur di ruang utaman Ndalem Kemasan antara sadar dan tidak, tiba tiba ada sebuah tangan besar yang melayang layang terbang di atas sampai beberapa saat kemudian terdengar suara "Ismu gunting" .
Setelah lenyap beberapa hari kemudian, kedatangan seorang tamu dari Jawa Timur yang diberi petunjuk ada ilmu di Ndalem Kemasan, berada di salah satu tiang (soko). Oleh Budi Utomo, tamu tersebut dipersilahkan mengambil ilmu Ismu Gunting ini jika mampu, setelah meditasi dan melakukan ritual untuk mengambil ilmu ini ternyata tidak kuat malah terpental dan jatuh pingsan, ternyata Ilmu ini tidak sembarang bida dimiliki oleh orang lain.
Sementara di halaman rumah masih ada pohon-pohon langka seperti sawo manila, pohon wahyu tumurun, dan pohon bunga peking yang terkenal akan empat warnanya. Juga beberapa tanaman langka lain yang sekarang sedang dicoba untuk dibudidayakan di halaman rumah yang memang agak luas tersebut.
Penanaman pohon-pohon langka itu juga merupakan pitedah, atau petunjuk gaib yang diterima oleh para kerabat Ndalem Kemasan lewat mimpi-mimpi yang diterima oleh mereka. Di pojok timur depan rumah, terdapat sebuah tetenger unik
Ada peristiwa mistis lagi, suatu malam Budi Utomo ketika tidur di ruang utama mendengar suara "Wadhag isi banyu " berulang ulang kemudian ditafsirkan bahwa Ndalem Kemasan ini merupakan suatu tempat air yang akan ditimba oleh orang lain yang membutuhkan, maka tidak heran jika banyak seniman berdatangan untuk menimba dan berdiskusi tentang seni teater seni tari dan pertunjukan
Bahkan uniknya mahasiswa seni pertunjukan ISI jika ujian praktek tidak di kampus namun di Ndalem Kemasan ini dengan mendatangkan dosen Penguji.
"Banyak para seniman lahir dari ndalem kemasan ini seperti teater Gidhag Gidhig," tukasnya.
(Awaludin)