YANGON - Pasukan keamanan di Myanmar melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa pro-demokrasi pada Rabu (7/4/2021), menewaskan setidaknya 15 orang dan melukai puluhan lainnya. Insiden itu menambah jumlah korban kebrutalan pasukan keamanan Myanmar sejak kudeta militer pada awal Februari.
Dalam kerusuhan lainnya, serangkaian ledakan kecil menghantam ibu kota komersial Yangon dan sebuah pabrik milik China dibakar.
BACA JUGA: Demonstrasi Antikudeta Meluas, Myanmar Putus Layanan Internet
Militer sekarang memfokuskan tindakan kerasnya di daerah pedesaan, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan pada Rabu.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, pemimpin kudeta militer yang menggulingkan pemerintah terpilih Myanmar mengatakan tujuan gerakan pembangkangan sipil adalah "untuk menghancurkan" negara.
AAPP juga melaporkan bentrokan di Negara Bagian Karen antara tentara dan pemberontak dari Tentara Pembebasan Nasional Karen, yang telah berperang melawan pemerintah selama beberapa dekade. Seorang warga desa dilaporkan tewas, menurut kelompok aktivis tersebut.
Setidaknya tujuh ledakan kecil terdengar di Yangon, termasuk di gedung-gedung pemerintah, rumah sakit militer dan pusat perbelanjaan, kata penduduk. Tidak ada korban jiwa dan tidak ada klaim tanggung jawab.
Kebakaran terjadi di Pabrik Garmen JOC milik China di Yangon pada Rabu, kata Departemen Pemadam Kebakaran. Tidak ada laporan korban jiwa dan tidak ada rincian tingkat kerusakan. Di lingkungan Yangon lain, aktivis membakar bendera China, menurut gambar yang diposting di Facebook.
BACA JUGA: Terganggu dengan Banyaknya Korban, Thailand Serukan Myanmar Hentikan Kekerasan
China dipandang mendukung junta militer dan bulan lalu serangan pembakaran dilakukan terhadap 32 pabrik yang diinvestasikan China di Yangon.
Rincian ledakan dan kebakaran sulit diperoleh karena junta membatasi layanan internet broadband dan data seluler.