Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Masjid Raya Sultan Riau, Bangun Pakai Putih Telur hingga Simpan Pasir dari Makkah

Doddy Handoko , Jurnalis-Kamis, 08 April 2021 |07:55 WIB
 Masjid Raya Sultan Riau, Bangun Pakai Putih Telur hingga Simpan Pasir dari Makkah
Masjid Raya Sultan Riau (foto: Wikipedia)
A
A
A

JAKARTA - Peninggalan kerajaan Riau yang masih tersisa, terawat dengan baik adalah Masjid Sultan. Awalnya masjid Raya Sultan adalah sebuah bangunan dari kayu. Letaknya diatas bukit kecil tak jauh dari pantai pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau. Hari dimulainya membangun masjid kayu itu tercatat pada pagi hari tanggal 7 rabiul awal 1218 tahun hijriah (1803 masehi).

Untuk menampung jamaah yang makin lama makin melimpah, masjid lama sudah tidak lagi memadai. Karena itulah Raja Jafaar memerintahkan untuk memperbesar bangunan yang lama dan letaknya diundurkan ke darat.

"Berdasarkan catatan kitab kuno yang ditemukan, digambarkan masjid kayu itu lantainya dari bata merah empat persegi disusun berjajar, dindingnya dari kayu cengal (blanocarpus heimii) yang sengaja didatangkan dari Terengganu, atapnya dari kayu belian (sideroxylon schwangeri), pada cucuran atapnya dibuatkan saluran dari kayu gong (heilica petiolaris) dengan ombak-ombak yang berukir," jelas PNA.Masud Thoyib Adiningrat,Pengageng Kedaton Jayakarta, yang pernah berkunjung ke sana.

Baca juga:  Turis Asing ke Riau Tembus 5.100 Orang, Dominan dari Malaysia & Singapura

Sebuah menara setinggi 12 hasta untuk muazzin (bilal) memanggil orang shalat. Sebuah kubah bersegi lima setinggi 17 hasta, dua buah kolam untuk wudhu berdinding dan beratap. Di sekeliling masjid diberi pagar hidup dari beberapa macam pohon kayu yang rimbun dan rindang.

Dua kali kata fisabilillah bergema dengan nyaring di kawasan kerajaan Riau Lingga. Pertama kali ketika Yang Dipertuan Muda Raja Haji Fisabilillah tewas di teluk Ketapang.

Baca juga:  Duh, Hanya Satu Turis Asing Datang ke Riau Sepanjang Januari 2021

Kedua, ketika Yang Dipertuan Muda Raja Abdul Rahman (1831-1844) pada hari raya idul fitri 1 syawal 1248 H (1832 M) memberitahukan kepada seluruh rakyat agar beramal di jalan Allah (fisabilillah) untuk membangun sebuah masjid yang kokoh di tapak masjid lama.

Lalu berdatanganlah orang dari seluruh ceruk dan pelosok teluk, rantau , pulau dan dari kawasan laut ke pulau Penyengat. Mereka datang untuk bekerjasama membangun masjid yang megah.

“Tak hanya tenaga yang dibawa tapi juga persediaan makanan yang melimpah ruah, terutama beras, sagu, sayur mayor, ikan, kambing, ayam dan telur,”jelasnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement