Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Polisi Rusia Tangkap Hampir 1.500 Orang dalam Protes Terkait Mogok Makan Navalny

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 22 April 2021 |14:51 WIB
Polisi Rusia Tangkap Hampir 1.500 Orang dalam Protes Terkait Mogok Makan Navalny
Foto: Reuters.
A
A
A

MOSKOW – Polisi Rusia menangkap lebih dari 1.400 pengunjuk rasa pada Rabu (21/4/2021) ketika pendukung Alexei Navalny melakukan unjuk rasa terkait kesehatan pemimpin oposisi yang tengah melakukan mogok makan di penjara itu.

Juru bicara Navalny dipenjara selama 10 hari dan sekutu dekatnya ditahan di hari yang sama saat Presiden Vladimir Putin menyampaikan pidato kenegaraannya. Putin sama sekali tidak menyebut Navalny dalam pidato di mana dia memberi peringatan kepada Barat untuk tidak melewati “garis merah” Moskow.

BACA JUGA: Tokoh Oposisi Rusia Alexei Navalny Umumkan Mogok Makan di Penjara

"Ini adalah salah satu hembusan terakhir dari Rusia yang merdeka, seperti yang dikatakan banyak orang. Kami keluar untuk Alexei (Navalny)... menentang perang di Ukraina dan propaganda liar," kata Marina, seorang mahasiswa di protes Moskow sebagaimana dilansir Reuters.

OVD-Info, sebuah kelompok yang memantau protes dan penahanan, mengatakan 1.496 orang telah ditangkap, termasuk 662 di St. Petersburg dan 95 di Kota Ufa, di Ural.

Para pengunjuk rasa di pusat Kota Moskow meneriakkan, "Freedom to Navalny!" atau “Kebebasan untuk Navalny” dan "Biarkan dokter masuk!". Istri Navalny, Yulia, bergabung dalam unjuk rasa di ibu kota, tempat para demonstran meneriakkan namanya.

Pihak oposisi berharap aksi unjuk rasa itu akan menjadi yang terbesar dalam sejarah Rusia modern, dan menampilkannya sebagai upaya untuk menyelamatkan nyawa Navalny dengan membujuk pihak berwenang agar mengizinkan dokternya sendiri untuk merawatnya.

Tetapi jumlah pemilih tampak lebih kecil daripada selama protes awal tahun ini sebelum Navalny dipenjara selama 2 1/2 tahun karena pelanggaran pembebasan bersyarat terkait dengan apa yang dia katakan sebagai tuduhan penggelapan bermotif politik, demikian diwartakan Reuters.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement