Chowdhury mulai mengembangkan "obat" diet kontroversialnya sekitar satu dekade lalu.
Itu hanya salah satu dari untaian karier yang penuh warna dan beragam.
Setelah belajar sebagai seorang insinyur, ia mencoba-coba pembuatan film Bollywood dan bahkan menjadikan dirinya sebagai pemain dalam satu film.
Dia juga pemimpin redaksi dan pendiri India dan Asia Book of Records yang meniru, tetapi tidak berafiliasi dengan Guinness Book of Records.
Nilesh Christopher, seorang jurnalis dari situs teknologi Rest of World, berkata Chowdhury menjadi tertarik dengan nutrisi ketika istrinya tak bisa sembuh dari penyakit seperti flu.
"Apa yang dia katakan kepada saya adalah, dia mengunjungi beberapa dokter, dan mencoba mencari obat untuk itu, tapi tak ada yang bisa menyembuhkan," katanya.
"Saat itulah dia memasuki mode belajar mandiri ini dan dia mengeklaim telah membaca makalah penelitian dan menemukan formula ajaib ini, yaitu air kelapa, buah jeruk, dan sayuran,” terangnya.
India memang memiliki sejarah tradisi pengobatan Ayurveda yang panjang, dengan menggunakan makanan dan pengobatan herbal untuk mengobati penyakit.
Namun, Chowdhury telah membuat serangkaian klaim yang keterlaluan dan fantastis atas efek ajaib yang dapat dicapai oleh pasien yang mengikuti nasihatnya.
"Dia jelas salah satu dukun paling terkemuka di India," kata Christopher.
Ketika Covid-19 muncul, Chowdhury segera mengumumkannya sebagai "penyakit seperti influenza" yang bisa disembuhkan dengan pola makan tiga tahap yang telah ia terapkan.
Ia membuka layanan konsultasi dengan memasang harga 500 rupee, atau hampir Rp100 ribu kepada para pasien, jika mereka ingin mendapatkan rencana diet.
"Dia membangun kerajaan digital besar-besaran melalui kursus nutrisi online, program sertifikasi, dan layanan konsultasi, dan itulah model bisnisnya," ujarnya.
"Itu tidak berubah, tidak peduli penyakit apa yang Anda katakan padanya,” terangnya.
Chowdhury mengatakan dia telah menyembuhkan lebih dari 50.000 pasien Covid-19 tanpa korban jiwa.
Tetapi Dr Arun Gupta, Presiden Dewan Medis Delhi mengatakan bahwa kebanyakan orang akan sembuh dari virus terlepas dari apa yang mereka makan.
"Jika ada 100 pasien dan saya mengklaim bahwa saya menyembuhkan Anda semua, Anda melihat 97 persen akan sembuh, bahkan tanpa intervensi apa pun," katanya.
Dr Gupta mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk menghentikan penyebaran informasi yang salah tersebut.
"Ini adalah tanggung jawab pemerintah untuk mencatatnya dan memastikan orang-orang ini terkendali," katanya.
Betapapun, Chowdhury mendukung metodenya dan menolak tuduhan bahwa ajarannya membahayakan orang.
"Apa mereka memberikan bukti apa pun? Saya kira tidak," katanya kepada BBC.