Tejo lantas bercerita tokoh idolanya. "Tokoh idola saya adalah ibuku," tegasnya.
"Sekarang jika mau jujur, jika saya mengidolakan nabi-nabi, saya kan tidak pernah ketemu. Tapi ibu saya ada di depan mata, bagaimana saya tidak mengidolakannya. Selama ini, wejangan ibu yang lebih nempel di benakku, bukan ajaran Bung Karno, bukan juga Mahatma Gandi, bukan siapa2...!,"tambahnya
Di matanya, perempuan seperti tukang jamu, perempuan pekerja keras, itu tanda-tanda ke-Tuhanan yang paling nyata. Ia selalu membayangkan kalau Tuhan itu seperti perempuan.
"Makanya saat saya mendalang, saya datangkan wanita cantik-cantik seperti para model. Jujur saja, saya tidak bisa kerja jika tanpa banyak perempuan di sekitarku,"ungkapnya.
Di Jawa, ajaran utamanya Dewi Sri. Ia percaya secara kebudayaan Dewi Sri yang melindungi, tapi maknanya bukan syirik. Ia percaya pada ibu pertiwi. Hampir semua orang itu memuja ibu, makanya ada ibu kota bukan bapak kota, disebut ibu pertiwi bukan bapak pertiwi.