Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tak Takut Perang, Bapak dan Anak Ini Jadi Relawan di Gaza

Agregasi VOA , Jurnalis-Kamis, 03 Juni 2021 |11:46 WIB
Tak Takut Perang, Bapak dan Anak Ini Jadi Relawan di Gaza
Bapak dan anak menjadi relawanGaza (Foto: Courtesy Image)
A
A
A

Ketakutan yang dialami Edy hampir tujuh tahun lalu dirasakan Fikri ketika Gaza dan Israel kembali terlibat perang, pertengahan Mei. “Takut banget. Hampir setiap jam kami mendengar suara roket dari pejuang Palestina. Kalau setiap malam, kami merasakan gempuran dari serangan Israel. Saat itu kami memang takut,” ujarnya.

Fikri, usia 22 tahun, dan dua pemuda relawan Indonesia, tinggal di Wisma Indonesia di sebelah rumah sakit Indonesia. Mereka tidak pernah keluar selama 11 hari agresi. Itulah pertama kali mereka mengalami langsung peperangan.

“Apalagi waktu itu yang menjadi salah satu target adalah rumah warga yang sekarang sudah rata dengan tanah, yang hanya beberapa ratus meter dari rumah sakit. Waktu itu kami sempat keluar, melihat jendela. Memang ledakannya sangat besar sampai-sampai anginnya itu membuat kuping sakit,” kenangnya.

Ketakutan dan rasa sakit tidak menggoyahkan tekad Fikri untuk bertahan di Gaza. Persis sikap ayahnya, Edy pada 2014. Ia malah berfokus menyelesaikan tugas, menyiapkan dan mendistribusi bantuan yang dipercayakan masyarakat Indonesia melalui MER-C. Ia juga memusatkan perhatian sebagai mahasiswa semester kedua pada Islamic University of Gaza. Ia bertekad baru akan pulang kalau sudah meraih sarjana.

Rima Manzanaris adalah manajer pelaksana MER-C di Jakarta. Sejauh ini, katanya, sudah dua bapak yang anaknya terjun juga sebagai relawan MER-C. Menurutnya, itu adalah suatu kebetulan. “Bapaknya memang relawan yang loyal, punya komitmen yang besar, dan ternyata anaknya juga punya keberanian,” pujinya.

Sebelum berangkat, semua relawan selalu diberi gambaran mengenai situasi di lapangan dan diingatkan bahwa mereka tidak setiap saat bisa pulang. Mereka juga diharuskan mengantongi izin orang tua. “Anak-anak ini walaupun masih muda, mereka sudah siap,” terangnya.

Pasca serangan bulan lalu, relawan berdatangan ke Gaza. Mereka membersihkan puing-puing ribuan rumah dan bangunan dan mencoba memperindah kembali kota di pesisir Laut Tengah itu. Fikri tentu saja ikut membantu setelah menyempatkan diri pergi ke pantai bersama pemuda setempat pasca Idul Fitri.

“Kan sekarang musim panas. Juga mereka biasanya ke pantai. Istirahat habis perang inilah, ibarat kata,” ujarnya.

Sementara Edy, yang terus menjadi relawan sepulangnya dari Gaza, merasa terpanggil untuk kembali ke Palestina. Bukan untuk menemui putranya melainkan membantu perluasan RS Indonesia.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement