Banyak yang ditangkap karena kejahatan itu dikirim ke pusat-pusat indoktrinasi politik yang penuh sesak sebagai hukuman.
"Pusat penahanan penuh dengan orang-orang seperti kandang kelinci. Orang-orang duduk di sebelah toilet,” terang seorang sumber.
"Kunjungan keluarga ditolak dan para tahanan kehilangan harapan,” lanjutnya.
Pada April lalu, Korut secara terbuka mengeksekusi seorang pria di Wonsan yang secara ilegal menjual CD dan USB yang berisi film, acara TV, dan video musik Korsel. Daily NK melaporkan eksekusi dilakukan di depan sekitar 500 orang.
Sekitar waktu yang sama, diklaim seorang pejabat pendidikan dieksekusi karena mengeluh tentang beban kerjanya dan gagal melakukan panggilan video yang cukup dengan staf.
Selain itu, sejumlah pelanggar lockdown Covid-19 juga telah dieksekusi sejak pandemi dimulai tahun lalu.
Daily NK melaporkan pada 2014, Korut mengeksekusi mati seorang pria berusia 49 tahun yang tertangkap melakukan panggilan telepon ke anggota keluarga di Korsel dari lokasi dekat perbatasan dengan China.
Pria ini ditangkap oleh agen menggunakan detektor sinyal, dan seluruh keluarganya dipenjara setelah dia mengaku diam-diam menerima uang dari keluarga di Korsel dan membantu serta bersekongkol untuk pembelotan.
“Pada awal tahun ini mereka mengubah KUHP. Kemudian, di Hyesan seseorang dieksekusi sebagai contoh bagi yang lainnya,” ungkap seorang sumber pada saat itu.
"Dia telah menelepon keluarganya di Chosun Selatan. Dia mungkin tidak punya waktu untuk membongkar telepon dan menyembunyikannya sebelum agen SSD (Departemen Keamanan Negara) datang ke rumahnya,” ujarnya.
"Siapa pun yang menggunakan ponsel untuk menelepon 'ke arah sana' atau 'ke arah lain' [Korea Selatan atau China] takut,” lanjutnya.
Beberapa laporan tentang eksekusi telah muncul dalam beberapa pekan terakhir.
(Susi Susanti)