Menurut pengakuan Nek Atik, dia memungut sampah di Sungai Deli dimulai siang hingga petang. Setiap harinya, dia bisa mendapatkan sampah sebanyak lima atau enam kilogram perharinya.
“Sampah yang saya dapat, dijual kepada penampung sampah dengan harga Rp2 ribu sampai Rp3 ribu,” ujarnya memelas.
Namun kadangkala, Nek atik pernah juga menghasilkan sampah hanya dua atau tiga kilo saja. Ketika ditanya apakah dirinya tidak takut berdomisili dibantaran Sungai Deli tersebut, karena sewaktu-waktu bisa datang banjir dan rumahnya akan hanyut. Dengan wajah yang sedih Nek Atik menyerahkan nasibnya kepada Allah Ta’ala.
“Apalagi saya membangun rumah ini hanya dibantu oleh warga terdekat,” singkatnya.
(Fahmi Firdaus )