AFGHANISTAN - Taliban telah mengisyaratkan jika Kabul, Afghanistan bisa menjadi target militer jika ada pasukan asing yang tetap berada di ibu kota Afghanistan melewati batas waktu penarikan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan kepada BBC jika setiap tentara asing yang tetap tinggal setelah perjanjian keluar September berisiko diperlakukan sebagai penjajah. Dia mengatakan merebut ibu kota Afghanistan adalah “bukan kebijakan Taliban,” tidak ada yang akan keluar dari meja jika pasukan asing – termasuk kontraktor militer – tetap berada di ibu kota setelah penarikan selesai.
Shaheen memperingatkan Taliban akan menanggapi pelanggaran yang dirasakan dari kesepakatan penarikan, mencatat bahwa tindakan apa pun yang diambil akan menjadi kebijaksanaan kepemimpinan kelompok tersebut.
Dia menekankan, bagaimanapun, Taliban tidak menentang diplomat dan pekerja LSM yang tersisa di ibukota.
(Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Bangladesh Perpanjang 'Lockdown' Militer hingga 14 Juli)
Peringatan itu muncul setelah Pentagon memberi isyarat sebanyak 1.000 tentara AS dapat tetap berada di kota itu untuk menjaga kedutaan besar dan membantu melindungi bandara Kabul. Taliban mungkin menganggap rencana itu sebagai pelanggaran kesepakatannya dengan koalisi pimpinan AS, ketika pasukan asing setuju untuk pergi setelah hampir 20 tahun dengan imbalan jaminan jika Afghanistan tidak akan menjadi tempat yang aman bagi teroris.
Presiden AS Joe Biden telah bersumpah untuk menarik semua pasukan AS dari negara yang dilanda perang itu pada 11 September, dan sebagian besar pasukan AS yang ditempatkan di sana dilaporkan telah meninggalkan negara itu. Diyakini penarikan itu bisa selesai dalam beberapa hari mendatang. Banyak sekutu NATO Washington telah sepenuhnya keluar dari Afghanistan.
(Baca juga: Kalah Perang dengan Taliban, Lebih dari 1.000 Pasukan Afghanistan Kabur ke Tajikistan)