KONFLIK Palestina-Israel bukan berdasar agama. Namun, banyak orang termasuk di Indonesia, memandangnya seperti itu. Tetapi sebuah keluarga Israel dan keluarga Palestina mendobrak pemahaman keliru ini melalui sebuah upaya kemanusiaan yang mencerminkan toleransi beragama.
Idit Harel Segal baru saja menginjak usia 50 tahun, dan sebuah gagasan muncul dibenaknya. Ia tidak menginginkan hadiah tapi justru memberi hadiah. Hadiahnya adalah menyumbangkan salah satu ginjalnya kepada seseorang yang tidak dikenalnya, dan bahkan bila orang itu adalah warga Palestina.
Guru taman kanak-kanak di Israel Utara ini mengaku bangga sebagai warga negara Israel. Namun, ia juga mengaku tak sungkan menawarkan bantuan ke keluarga Palestina. Baginya perbedaan agama bukanlah persoalan yang menghalanginya untuk berbuat kebajikan,
Niatnya ini didorong oleh kenangan mendiang kakeknya, seorang penyintas holokos, yang mengingatkannya untuk menjalani hidup yang bermakna, dan oleh tradisi Yahudi, yang menyatakan bahwa tidak ada tugas yang lebih mulia daripada menyelamatkan nyawa.
Singkat kata, Segal menghubungi sebuah organisasi yang menghubungkan donor dan penerima. Setelah proses yang memakan waktu hampir sembilan bulan, organisasi itu menemukan calon penerima, yakni seorang bocah laki-laki Palestina berusia tiga tahun yang bermukim di Jalur Gaza.
Sebelum memberikan ginjalnya, Idit menyempatkan diri untuk menulis sebuah surat untuk bocah tersebut dalam bahasa Ibrani, yang kemudian diterjemahkan temannya ke bahasa Arab sehingga dapat dimengerti anak dan keluarga bocah itu. Isi surat itu dibacakan Idit dalam bahasa Inggris ke kantor berita Associated Press.
“Sayang, nama saya Idit, kamu tidak mengenal saya, kamu tidak mengerti bahasa saya, dan saya tidak mengerti bahasamu. Kamu tidak mengenal saya, tetapi kita akan segera menjadi sangat dekat karena ginjal saya akan berada di tubuh kamu. Saya benar-benar berharap bahwa operasi ini akan berhasil dan kamu akan hidup lama dan menjalani hidup yang sehat dan bermakna,“ tuturnya.
Baca Juga : Gedung Putih Pertimbangkan Wajib Vaksin Covid-19 untuk Pegawai Federal
Idit merahasiakan nama keluarga bocah itu, karena sensitifnya isu yang melibatkan interaksi keluarga Israel dan keluarga Palestina. Ia bahkan merahasiakan asal usul bocah itu dari keluarganya selama berbulan-bulan.
Setelah identitas bocah itu terungkap, keputusan Idit ini mendapat tentangan dari keluarganya. Suaminya dan anak tertua dari tiga anaknya, seorang pria berusia awal 20-an, menentang rencana tersebut. Ayah Idit bahkan berhenti berbicara dengannya. Bagi mereka, kata Idit, ia tidak perlu mempertaruhkan nyawanya untuk seorang Palestina.