KABUL - Sekutu-sekutu NATO Amerika Serikat (AS) kini berlomba-lomba mengevakuasi warga negara mereka dari Afghanistan di tengah-tengah penarikan pasukan militer AS dari negara itu dan ambruknya pemerintah Afghanistan.
Banyak pejabat Eropa telah menyuarakan kekhawatiran bahwa pengambilalihan oleh Taliban akan meningkatkan risiko terorisme dan memicu banjir pengungsi ke Eropa.
BACA JUGA: Penarikan Mundur Pasukan AS Kacau, Tekanan Terhadap Biden Memuncak
Inggris dan sekutu NATO lainnya mulai mengevakuasi warga negara mereka dari Afghanistan, Minggu (15/8/2021), bersama ratusan warga Afghanistan yang bekerja sama dengan mereka.
Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia juga mengoperasikan penerbangan evakuasi setelah pasukan Amerika berhasil meraih kembali kendali atas bandara pada Senin (16/8/2021), menyusul kekacauan selama akhir minggu.
Beberapa negara Eropa akan segera memberlakukan program suaka darurat mereka untuk penerjemah dan warga Afghanistan lain yang bekerja untuk pasukan NATO dan sipil selama dua dekade terakhir. Mereka kini dinilai terancam pembalasan Taliban.
BACA JUGA: Jasad Manusia Ditemukan di Roda Pesawat, Diduga Warga Afghanistan yang Hendak Kabur
Beberapa sekutu bergabung dengan invasi pimpinan Amerika ke Afghanistan pada 2001. NATO mengendalikan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional di Afghanistan pada 2003, dan memimpin program pelatihan dari pasukan Afghanistan setelah 2014. Selain 2.448 tentara Amerika yang tewas di Afghanistan, negara anggota NATO lain juga kehilangan ratusan pasukan dalam dua dekade konflik di negara itu.
Dalam sebuah konferensi pers Selasa (17/8/2021), Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuduh kepemimpinan politik negara itu yang menyerah begitu saja pada Taliban.