Provinsi Khorasan Negara Islam (ISKP), sebuah cabang ISIS, mengaku bertanggung jawab, dan mengatakan para wanita menjadi sasaran karena mereka bekerja untuk media pro-pemerintah.
Masa Depan yang Tak Pasti
Laporan intimidasi dan penggeledahan itu muncul seminggu setelah Taliban mengadakan konferensi pers pertamanya di Kabul.
Kantor berita Associated Press melaporkan, seorang juru bicara Taliban mengatakan media bebas untuk melaporkan dan bahwa Taliban telah menawarkan amnesti kepada mereka yang bekerja untuk pemerintah AS atau Barat.
Dalam konferensi pers kedua, Selasa (24/8/2021), juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kelompok itu akan menyelidiki “berbagai isu terkait organisasi media” itu. “Mungkin ada insiden, insiden kecil. Mungkin beberapa pejuang kami ada di dekat kantor Anda,” kata Mujahid. “Kami akan memindahkan pasukan kami dari dekat kantor media, dan Anda dapat bekerja dengan bebas.”
Yayasan Media Wanita Internasional (International Women’s Media Foundation/IWMF) yang berbasis di Amerika mengatakan janji Taliban itu “tidak sesuai” dengan apa yang didengar dari media di Afghanistan.
Para wartawan perempuan di kantor berita yang dikelola negara juga melaporkan bahwa Taliban menyuruh mereka untuk tinggal di rumah, setelah mengambil alih ruang redaksi mereka.
(Rahman Asmardika)