ISLAMABAD - Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan mengatakan cara terbaik untuk perdamaian dan stabilitas di Afghanistan adalah terlibat dengan Taliban dan memberi bantuan kepada mereka, pada isu-isu seperti hak-hak perempuan dan pemerintahan yang inklusif.
Dia mengatakan saat ini dunia harus "memberi mereka waktu" untuk membentuk pemerintahan yang sah dan memenuhi janji mereka.
Pada Rabu (15/9), Khan melakukan wawancara pertamanya sejak Taliban menguasai Afghanistan dengan organisasi berita internasional, CNN dari kediaman pribadinya di Bani Gala, Islamabad. Dia membicarakan tentang mempertahankan hubungan “mengerikan” Pakistan-AS dan mencari pendekatan yang lebih pragmatis dalam menangani pemimpin baru Afghanistan.
“Taliban menguasai seluruh Afghanistan dan jika mereka sekarang dapat bekerja menuju pemerintahan yang inklusif, menyatukan semua faksi, Afghanistan akan mendapatkan perdamaian setelah 40 tahun. Tetapi jika itu salah dan yang dikhawatirkan adalah bisa menjadi kacau. Krisis kemanusiaan terbesar, masalah pengungsi yang sangat besar," terangnya.
Khan mengklaim Taliban mencari bantuan internasional untuk menghindari krisis, yang dapat digunakan untuk mendorong kelompok itu ke "arah yang benar menuju legitimasi." Namun dia memperingatkan jika Afghanistan tidak dapat dikendalikan oleh pasukan luar.
"Tidak ada pemerintahan boneka di Afghanistan yang didukung oleh rakyat," ujarnya.
“Jadi daripada duduk di sini dan berpikir bahwa kita dapat mengendalikan mereka, kita harus memberi mereka bantuan. Karena Afghanistan, pemerintah saat ini, jelas merasa bahwa tanpa bantuan dan pertolongan internasional, mereka tidak akan dapat menghentikan krisis ini. Jadi kita harus mendorong mereka ke arah yang benar,” lanjutnya.
(Baca juga: PM Pakistan Puji Rencana Perdamaian Biden)
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 18 juta warga Afghanistan – hampir setengah dari populasi – membutuhkan bantuan untuk menghadapi situasi yang mengerikan dari konflik yang berlarut-larut, kemiskinan, kekeringan berturut-turut, penurunan ekonomi, dan pandemi virus corona, yang terjadi bahkan sebelum Taliban kembali berkuasa.
Sama seperti kejadian tahun 1989 di mana Soviet menarik pasukannya dan mengakibatkan “pertumpahan darah”, Khan juga mengira pertumpahan darah serupa terjadi setelah pasukan AS pergi dari Afghanistan dan Taliban berkuasa, menanggapi para kritikus yang mengatakan Taliban akan mengacaukan negara.