Jika orang-orang Haalpulaar mungkin adalah yang pertama mendorong terciptanya daraa dengan pewarna nila, orang Tuareg tercatat sebagai yang mengadopsi dan mempopulerkan mode tersebut.
Merekalah yang dianggap sebagai "laki-laki biru Sahara". Julukan itu muncul karena warna pakaian mereka terserap ke kulit saat mereka berada di bawah terik matahari.
Menurut Anja Fischer, peneliti studi Sahara di Universitas Wina, Austria, pengaruh komunitas Haalpulaar bisa mendorong perubahan besar pada mode Tuareg.
"Orang Tuareg dulunya memakai pakaian berbahan kulit dan pada satu titik, mereka beralih ke kain biru sebagaimana mereka dikenal sekarang," ujarnya.
Komunitas Tuareg, yang sekarang mendiami wilayah yang membentang dari Libya ke Aljazair, Niger, Mali dan Burkina Faso, secara tradisional merupakan salah satu populasi nomaden terbesar di Sahara.
Mereka berpengaruh dalam penyebaran Islam di Afrika.
Orang-orang ini dikenal di seluruh Sahara. Gaya busana yang mereka adopsi di Mauritania dikenal di seluruh Afrika Utara, bahkan sekarang di seluruh dunia. Hingga hari ini, gaya busana itu mengekspresikan budaya dan tradisi nomaden mereka.