KERAJAAN MAJAPAHIT begitu kuat di masa kejayaannya. Kumpulan kekuatan itu tak lepas dari hadirnya ahli perang yang mampu mengunci pergerakan musuh dan majunya peradaban Majapahit waktu itu. Salah satunya senjata perang yang bisa membuat langkah musuh untuk berjalan mundur.
Nama Arya Damar tak akan pernah pudar. Meskipun jejaknya misterius, ia tetaplah seorang pemimpin legendaris yang berkuasa di Palembang pada pertengahan abad ke-15 Masehi sebagai bawahan Kerajaan Majapahit. Ia juga banyak dikenal dengan nama lainnya seperti Ario Damar atau Ario Abdilah.
Baca juga: Nasib Tragis Gajah Mada, Jadi Buronan Pasukan Majapahit di Akhir Hayatnya
Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, Arya Damar juga memiliki nama Tionghoa yaitu Swan Liong (Naga Berlian). Namanya tanpa nama marga di depannya, karena ibunya merupakan wanita peranakan Tionghoa.
Arya Damar Pada Mulanya Adalah Kepala Pabrik Mesiu atau orang yang dipercaya mengurusi kebutuhan Mesiu untuk militer Majapahit terutamanya sebagai bahan peledak Meriam yang saat itu pabriknya didirikan di Semarang. Keahliannya dalam bidang Mesiu dan Persenjataan Modern di Zamannya, akhirnya Arya Damar dipindahkan oleh Ratu Kerajaan Majapahit ke Palembang, disana ia diangkat menjadi seorang Adipati.
Dipilihnya Arya Damar sebagai Adipati Palembang tentu mempunyai alasan tersendiri, sebab waktu Itu Palembang merupakan salah satu pangkalan barat angkatan laut Majapahit di luar Jawa. Sehingga memerlukan Pimpinan yang paham betul soal senjata, terutamanya Meriam dan Mesiunya. Kekuatan itu yang melambungkan namanya.
Baca juga: Situs Tempat Bersembahyang Ditemukan di Tuban, Diduga Berasal dari Zaman Pra-Majapahit
Arya Damar juga dikenal ketika dalam Kidung Pamacangah dan Usana Bali sebagai penguasa bawahan di Palembang yang membantu Majapahit menaklukkan Bali pada tahun 1343. Dengan gagah perkasa, ia memimpin 15.000 prajurit menyerang Bali dari arah utara, sedangkan Gajah Mada menyerang dari selatan dengan jumlah prajurit yang sama.