HONIARA - Kepulauan Solomon memberlakukan penguncian (lockdown) 36 jam di ibu kota Honiara setelah massa yang berdemonstrasi menuntut pengunduran diri perdana menteri menjarah toko-toko dan membakar gedung, termasuk gedung parlemen negara Pasifik itu.
Perdana Menteri Manasseh Sogavare menyerukan penguncian dalam pidato yang disiarkan Rabu (24/11/2021) malam, setelah polisi sebelumnya mengerahkan gas air mata untuk membubarkan protes.
BACA JUGA: Negara Ini Lenyap dari Peta saat Air Laut Pasang, Terancam Musnah di Masa Depan
Menurut laporan media, orang-orang dari pulau terpadat di negara itu, Malaita, telah melakukan perjalanan ke ibu kota meluapkan kemarahan mereka tentang sejumlah masalah domestik termasuk janji infrastruktur yang belum terealisasi.
Selain kemarahan tentang kurangnya pembangunan, pemerintah Solomon telah menghadapi tekanan atas keputusannya memutuskan hubungan dengan Taiwan dan membangun hubungan formal dengan China pada 2019.
 BACA JUGA: 7 Juli 1978, Kepulauan Solomon Resmi Merdeka
"Bangsa kita menyaksikan peristiwa menyedihkan dan tidak menguntungkan lainnya yang bertujuan menjatuhkan pemerintah yang terpilih secara demokratis," kata Sogavare sebagaimana dilansir Reuters.
"Sejujurnya saya berpikir bahwa kita telah melewati hari-hari tergelap dalam sejarah negara kita, namun peristiwa hari ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa kita masih harus menempuh jalan yang panjang."
Follow Berita Okezone di Google News