"Itu saya lihat orang silat yang silatnya sampai ke dalam, kalau mereka nggak bisa bergerak tapi lihat atau hadir ke tempat ada silat, itu saja memberi energi kepada mereka. Jadi saya kepingin menjadi kayak mereka, silat masuk ke dalam saya. Kalau level saya silatnya masih di level permukaan saja belum masuk ke dalam," tambahnya.
Kyoko mengatakan momen yang dia ingat yakni ketika "tamat belajar dan beliau mengatakan baru pertama dapat murid perempuan yang belajar sampai sini".
"Pak Rifai tidak akan lepas prinsip Cimande, yaitu tidak akan ajar ilmu Cimande kepada yang belum mengikuti tatacara "kecer". Kata Pak Rifai, mengajar ilmu Cimande kepada yang belum Kecer itu menjadi dosa dan akan ditanya hari Kiamat. Beliau sangat patuh dan menghargai Cimande. Dari sini lah saya mulai memahami belajar ilmu Cimande itu tidak boleh asal-asalan, harus serius," lanjutnya.
Kyoko mengaku "sering diajak ke Cimande oleh pak Rifai", namun lebih banyak "belajar ilmu Cimande di Jakarta."
Bagi Kyoko, ilmu yang ia dapat, akan ia teruskan sebagai amanah sang guru.
"Sebagai pribadi saya rasa wajib ilmu yang saya terima dari almarhum harus dibagi kepada orang lain. Kurang tahu apakah itu satu orang, 10 orang atau lebih, tapi bagi pribadi sendiri, ilmu itu amanah, akan saya lanjutkan. Oleh karena itu ilmu silat yang saya terima dari almarhum harus dibagi kepada yang lain. Utamanya itu,” terangnya.
"Setiap dia pergi ke mana mana dia promosi, dia mengajar, uang dia sendiri. Tidak ada yang bayar, tidak ada yang menggaji. Itu membawa budaya bangsa kita. Jadi buat saya Kyoko Soda ini adalah seorang pendekar sejati," kata Sariat Arifia, yang mengatakan melihat sendiri kesungguhan Kyoko berlatih silat bersama sang guru, Mohammad Rifai Sahib.