Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

KALEIDOSKOP 2021: Lewat Serangan Kilat, Taliban Kembali Kuasai Afghanistan Setelah 2 Dekade

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 02 Januari 2022 |11:01 WIB
KALEIDOSKOP 2021: Lewat Serangan Kilat, Taliban Kembali Kuasai Afghanistan Setelah 2 Dekade
Foto: Reuters.
A
A
A

JAKARTA – Hampir 20 tahun setelah dijatuhkan oleh invasi Amerika Serikat (AS), kelompok Taliban kembali merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021. Pasukan Taliban memanfaatkan momentum penarikan pasukan AS dari negara Asia Selatan dengan melakukan serangan kilat yang berakhir dengan penaklukkan ibu kota Kabul.

BACA JUGA: Taliban Masuki Ibu Kota Kabul, Pemerintah Afghanistan Serahkan Kekuasaan

Pada Juli, Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa misi pasukan AS di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus 2021, mendorong langkah yang sebelumnya telah dimulai oleh pendahulunya, Donald Trump untuk mengakhiri keterlibatan Negeri Paman Sam di Afghanistan yang telah berlangsung selama hampir dua dekade.

Penarikan bertahap pasukan AS dimanfaatkan Taliban dengan tindakan ofensif, merebut satu per satu wilayah penting dari pasukan pemerintah Afghanistan, dan pada akhirnya ibu kota Kabul, hanya dalam waktu beberapa pekan.

Pada 15 Agustus 2021, pasukan Taliban memasuki Ibu Kota Kabul dan memaksa pemerintah menyerahkan kekuasaan. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani segera melarikan diri, sementara AS melakukan evakuasi darurat dari Kedutaan Besarnya di Kabul.

BACA JUGA: Ketika Taliban Gelar Parade Militer dengan Peralatan AS dan Rusia

Kejatuhan cepat pasukan pemerintah Afghanistan itu mengejutkan dunia. Tidak ada yang memprediksi bahwa pasukan Afghanistan, yang dilatih oleh AS dan mendapat dukungan dari negara adidaya itu dapat dikalahkan dalam waktu begitu singkat.

Jatuhnya Kabul memunculkan kepanikan di antara warga Afghanistan, yang tidak mau mengalami lagi kehidupan di bawah Taliban yang menerapkan hukum Islam yang ketat, begitu juga dengan para kolaborator AS dan negara-negara Barat, yang ketakutan akan pembalasan dari Taliban. Mereka berusaha untuk meninggalkan Afghanistan bersama ribuan warga asing yang dievakuasi, menyebabkan kekacauan di Bandara Kabul.

Ribuan pesawat datang dan pergi di Bandara Kabul membawa ribuan orang meninggalkan Afghanistan selama beberapa pekan ke depan.

Taliban sendiri juga tidak tinggal diam setelah berhasil menguasai Kabul. Kelompok itu segera berusaha mengonsolidasikan kekuasannya di Afghanistan dengan melancarkan serangan pada kubu-kubu oposisi.

Kelompok fundamentalis itu juga mengumumkan akan menjalankan pemerintahan yang lebih moderat dibandingkan yang mereka lakukan dua dekade lalu, menjanjikan memenuhi hak-hak perempuan, terutama terkait pendidikan. Taliban juga memberikan jaminan bahwa Afghanistan tidak akan dibiarkan menjadi sarang kelompok teroris.

Pada 31 Agustus, seperti yang dijanjikan Presiden Biden, AS menyelesaikan penarikan pasukan dan evakuasi warganya dari Afghanistan. Militer AS meninggalkan peralatan tempurnya dan kendali bandara Kabul kepada pasukan Taliban.

Beberapa hari setelah pasukan AS sepenuhnya angkat kaki dari Afghanistan, Taliban mengumumkan berhasil menguasai Lembah Panjshir, kubu terakhir pasukan oposisi. Dengan kemenangan ini, Taliban mengumumkan perang di Afghanistan telah berakhir.

Meski perang telah berakhir, Afghanistan masih memiliki sejumlah masalah.

Pemerintahan yang dibentuk Taliban masih belum mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari dunia internasional. Ini menyulitkan Taliban dalam upayanya membangun Afghanistan, yang porak poranda setelah beberapa dekade konflik.

Taliban juga tidak dapat mengakses dana milik pemerintah Afghanistan yang ditahan di bank AS, menyebabkan kejatuhan ekonomi Afghanistan. Tidak adanya dana menyebabkan Afghanistan berada di ambang krisis kemanusiaan, dengan banyak warga mengalami kelaparan.

Kondisi Afghanistan ini tentunya menjadi pekerjaan berat bagi Taliban yang saat ini masih relatif terasing. Taliban membutuhkan dukungan dari dunia internasional, namun kelompok itu telah didesak untuk menjalankan pemerintahan yang lebih toleran dan moderat.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement