Zimmermann menepis kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh Taliban.
"Saya bekerja secara profesional, bukan ideologis, dengan menteri dalam negeri yang bertanggung jawab, dan saya mendukung mereka dengan proyek saya," katanya.
Pengusaha itu juga mengklaim bahwa dia telah menerima ancaman dari perwakilan kartel narkoba Eropa yang tidak senang dengan rencananya, yang dapat memotong pangsa pasar mereka.
Tahun lalu, sebuah tweet dari Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengklaim bahwa sebuah perusahaan bernama "Cpharm" telah bertemu dengan pejabat Taliban dan akan menginvestasikan USD450 juta (Rp6,4 triliun) di Afghanistan untuk mendirikan operasi "pemrosesan hashish".
Meskipun dilarang sejak tahun 1970-an, namun tanaman ganja adalah tanaman asli Afghanistan. Setidaknya sampai pengambilalihan Taliban di musim panas, ganja ini dikonsumsi oleh orang-orang di bagian terpencil negara itu.
(Susi Susanti)