RAJA Kertanegara dilaporkan meregang nyawa akibat ritual yang kerap dijalankannya. Yakni ritual pesta seks dan minuman keras (miras) untuk pencerahan atau mencapai nirwana (kesempurnaan).
Ritual ini hanya dilakukan demi kemakmuran negara dan rakyat serta dalam menangkal serangan musuh, bukan untuk kesenangan pribadi atau kenikmatan duniawi semata.
Kertanegara tidak memperhitungkan bahaya dari dalam negerinya sendiri karena berkonsentrasi terhadap serangan Bangsa Mongol. Ribuan pasukan Kediri yang melakukan penyerangan ke Ibukota Singhasari akhirnya dapat mencapai bangsal perempuan tempat Kertanegara melakukan ritual Tantra.
Penyerbu yang beringas ini terkejut dengan pemandangan yang menurut mereka memalukan. Karena raja, ratu dan sejumlah warga keraton berada dalam berbagai pose yang ganjil dengan busana yang awut awutan. Mereka menenggak bergelas-gelas tuak berasyik masyuk bersama para yoginis muda dari Champa. Lalu para penyerbu dari Kediri ini mengamuk dan membantai seisi ruangan tersebut termasuk Prabu Kertanegara dan permaisurinya.
Baca juga: Ritual Pesta Seks Prabu Kertanegara dengan Gadis Muda, Demi Kemakmuran Negara
Dilansir Sindonews, pesta seks dan miras ini diyakini sebagai salah satu ritual Tantrayana kiri yang dianut Kertanegara. Menurut Nagarakretagama, Kertanagara dikisahkan sebagai seorang yang bebas dari segala dosa. Bahkan, salah satu ritual Tantrayana kiri adalah berpesta minuman keras dan seks untuk mencapai pencerahan atau nirwana.
Baca juga: Kisah Raja Kertanegara dan Ritual Seks dengan Gadis Cantik Negeri Champa