Ironisnya, penyerbuan dan pengeboman di Dresden, kota abad pertengahan yang terkenal dengan kekayaan seni dan arsitekturnya, ternyata selama perang, kota itu tidak pernah menjadi tempat produksi perang atau industri perang besar.
Baik Sekutu maupun Jerman sama-sama berdebat tentang tujuan sebenarnya dari pemboman itu. Alasan "resmi" yang nyata adalah bahwa Dresden adalah pusat komunikasi utama dan pengeboman itu akan menghambat kemampuan Jerman untuk menyampaikan pesan kepada tentaranya, yang sedang memerangi pasukan Soviet pada saat itu.
Tetapi bagi banyak orang, tingkat kehancuran akibat pengeboman itu tidak proporsional dengan tujuan strategis yang ingin dicapai. Banyak yang percaya bahwa serangan itu hanyalah upaya untuk menghukum Jerman dan melemahkan moral mereka.
Di antara tawanan perang Amerika yang berada di Dresden selama pengeboman itu adalah novelis Kurt Vonnegut, yang menyampaikan pengalamannya dalam novel klasik antiperang ‘Slaughterhouse Five’.
(Susi Susanti)