SINGASARI merupakan nama pengganti dari Kerajaan Tumapel. Sebelum pergantian nama ini pertumpahan darah dan tumbal nyawa mengiringi perubahannya. Pasalnya pasca pembunuhan ke Ken Arok yang dilakukan anak tirinya Anusapati. Setelahnya rentetan pembunuhan terjadi di keturunan - keturunannya.
Ditutup dari buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhammad Syamsuddin, Anusapati kemudian yang menjabat raja Tumapel tewas di tangan Tohjaya. Anusapati tewas akibat keris Mpu Gandring yang ditikamkan Tohjaya saat asyik menyabung ayam.
BACA JUGA:Saat Ken Arok Bercumbu dengan Istri Pertamanya di Candi Telih
Pasca tewasnya Anusapati, Tohjaya pun naik menjadi raja. Tapi kematian Anusapati meninggalkan luka bagi anaknya Ranggawuni, yang mengetahui dalang pembunuh ayahnya adalah Tohjaya. Ranggawuni kemudian menjalin persekutuan dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng anak keturunan Ken Arok dari Ken Dedes.
Mereka tak terima tahta Kerajaan Tumapel diambil Tohjaya. Ranggawuni pun melakukan pemberontakan Jaya dengan Mahisa Campaka. Mereka kemudian menyerang istana dan Tohjaya, Tohjaya pun segera melarikan diri dalam kondisi badannya penuh luka karena sabetan pedang. Luka - luka dalam pertempuran inilah yang membuat Tohjaya meninggal dalam pelariannya.
BACA JUGA:Kejanggalan Ken Dedes Menerima Cinta Ken Arok
Ranggawuni pun akhirnya berhasil menikam Tohjaya, maka ia pun segera naik tahta ke Kerajaan Tumapel. Ketika menjadi raja Tumapel, Ranggawuni yang bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Namun selain dipimpin oleh Ranggawuni, Tumapel saat itu juga dipimpin oleh Mahisa Campaka dengan gelar Narasimhamurti.
Keduanya kemudian mengadakan pemerintahan bersama dengan menyatukan Kerajaan Tumapel dan Kediri. Sejak masa inilah anak turun Tunggul Ametung dalam hal ini Ranggawuni dan anak turun Ken Arok yakni Mahisa Campaka bersatu memimpin Tumapel.
Di masa kepemimpinan bersama inilah, nama Kerajaan Tumapel diganti dengan nama Kerajaan Singasari. Kepemimpinan keduanya diibaratkan oleh Negarakertagama mengibaratkan Wisnu dan Indra. Pada kepemimpinan bersama ini, kutukan keris Gandring pun berakhir saat Ranggawuni dan Mahisa Campaka naik tahta berdua.
Hal ini juga menandai berhentinya konflik berdarah antara keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung. Di masa pemerintahan Ranggawuni pula suksesi kepemimpinan Singasari berjalan dengan damai dan lancar.
(Awaludin)