KEBAHAGIAAN orangtua akan menjadi nyata jika putrinya yang sudah tumbuh dewasa. Terutama apabila dilihat dari perspektif orang yang memiliki kesamaan derajat pada saat itu.
Begitu pulalah yang dirasakan Raja Majapahit Prabu Brawijaya V dan Kanjeng Ratu Permaisuri Dewi Dwarawati saat Retno Pembayun putri pertama mereka beranjak dewasa pada periode akhir kekuasaan pemerintahan kerajaan Majapahit.
Retno Pembayun digambarkan sebagai putri kerajaan yang cantik jelita dan ibarat bunga sedang mekar-mekarnya tentu saja membuat para jejaka dibuat kagum melihatnya.
Baca Juga: Empat Pusaka Majapahit Ada di Museum Amerika?
Meski banyak para pemuda lajang dari kalangan para adipati dan para tumenggung kesengsem kepada Retno Pembayun, tetapi punya nyalikah mereka untuk mewujudkan keinginannya?
Betapa pun besar keinginan mereka untuk mendapatkan putri Prabu Brawijaya V, tetapi kebanyakan dari mereka segera mundur teratur ibaratnya seperti kalah sebelum berperang.
Namun, rupanya hanya ada seorang pemberani saja yang berani berterus-terang menyampaikan keinginannya menikahi Retno Pembayun. Dia adalah Raja Handayaningrat, Adipati Pengging. Kebetulan ia adalah seorang muslim taat.
Atas lamaran Raja Handayaningrat tersebut, tak ayal menjadikan suatu pemikiran bagi Prabu Brawijaya V. "Kalau aku pribadi setuju, Dia orangnya tampan rupawan. Memiliki kedudukan, yaitu sebagai seorang adipati di Pengging yang cukup luas kekuasaannya. Keturunan dari orang yang menjadi penguasa pula," kata Prabu Brawijaya V.
Baca Juga: Prabu Brawijaya V Junjung Toleransi, Hargai Perbedaan Beragama
Soal bobot atau menyangkut orang yang bersangkutan, yaitu Raja Handayaningrat, nampaknya tidak ada masalah karena setidaknya seorang adipati. Kemudian, menyangkut bibit atau dari faktor keturunan orangtuanya nampaknya tidak ada masalah karena Raja Handayaningrat ada lah seorang putra adipati Pengging.
Hanya saja jika dikaitkan dengan soal bebet atau status sosial orangtua atau keluarganya memang cukup berbeda. Ayah Raja Handayaningrat hanya seorang Adipati di Pengging, sedang Prabu Prawijaya V adalah seorang Raja besar.
Nampaknya, hal itu tidak dipermasalahkan oleh Ratu Dewi Dwarawati. Ia memuji terhadap calon menantunya dalam hal kemuslimannya. Konon Raja Handayaningrat adalah seorang muslim yang taat, sehingga hal itulah yang ia jadikan pedoman paling utama ketika hendak menerima atau menolak lamaran kepada putrinya.
"Baiklah kalau begitu, Saya pun juga menyetujuinya, Saya kira putri kita Retno Pembayun dapat menerima Raja Handayaningrat sebagai suaminya," ujar Sang Ratu.
Begitulah keputusan Prabu Brawijaya V dengan Ratu Dewi Dwarawati telah sepakat menerima lamaran Raja Handayaningrat kepada Retno Pembayun. Tak ada ganjalan sedikit pun dalam menerima Adipati Pengging sebagai menantunya.
(Arief Setyadi )