Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Banyak Kematian Warga Sipil di Ukraina, AS dan Eropa Akan Beri Sanksi Baru ke Rusia

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 05 April 2022 |18:46 WIB
Banyak Kematian Warga Sipil di Ukraina, AS dan Eropa Akan Beri Sanksi Baru ke Rusia
AS dan Eropa pertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia menyusul pembantaian warga sipil di Bucha (Foto: Reuters)
A
A
A

LVIV - Amerika Serikat (AS) dan Eropa merencanakan sanksi baru pada Selasa (5/4) untuk menghukum Moskow atas pembunuhan warga sipil di Ukraina.

Penasihat keamanan nasional Presiden AS Joe Biden, Jake Sullivan, mengatakan sanksi baru AS terhadap Moskow akan diumumkan minggu ini. Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya mendukung tim jaksa dan ahli internasional untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti kekejaman.

Sebelumnya Biden juga menyerukan pengadilan kejahatan perang terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. AS akan meminta Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM).

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Senin (4/4) bahwa Putin dan para pendukungnya akan "merasakan konsekuensi" dari peristiwa di Bucha dan bahwa sekutu Barat akan menyetujui sanksi lebih lanjut terhadap Moskow dalam beberapa hari mendatang.

Baca juga: Pembantaian Warga Sipil di Bucha, UE Kirim Penyelidik untuk Selidiki Dugaan Kejahatan Perang di Ukraina

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan Uni Eropa harus membahas pelarangan gas Rusia, meskipun pejabat lain mendesak kehati-hatian seputar langkah-langkah yang dapat memicu krisis energi Eropa.

Baca juga: Pembantaian Warga Sipil di Bucha, Biden Tuntut Pengadilan Kejahatan Perang untuk Putin

Presiden Volodymyr Zelenskyy memperingatkan lebih banyak kematian kemungkinan akan ditemukan di daerah yang direbut dari penjajah Rusia.

Dalam pidato video pagi hari, Zelensky mengatakan dia juga akan berbicara kepada DK PBB pada Selasa (5/4) saat dia membangun dukungan untuk penyelidikan pembunuhan di Bucha.

"Dan ini hanya satu kota. Salah satu dari banyak komunitas Ukraina yang berhasil direbut oleh pasukan Rusia," terangnya.

"Sekarang, ada informasi bahwa di Borodyanka dan beberapa kota Ukraina yang dibebaskan lainnya, jumlah korban penjajah mungkin jauh lebih tinggi," tambahnya, mengacu pada kota 25 km sebelah barat Bucha.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan dia berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang Bucha dan menekankan bahwa Ukraina akan menggunakan semua mekanisme PBB yang tersedia untuk mengumpulkan bukti dan meminta pertanggungjawaban penjahat perang Rusia.

Reuters melihat beberapa mayat tampaknya ditembak dari jarak dekat, bersama dengan penguburan darurat dan kuburan massal di Bucha, tetapi tidak dapat secara independen memverifikasi jumlah korban tewas atau siapa yang bertanggung jawab.

Sementara itu, Rusia membantah tuduhan terkait pembunuhan warga sipil dan mengatakan akan menghadirkan "bukti empiris" pada pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB pada Selasa (5/4) untuk membuktikan pasukannya tidak terlibat.

Pasukan Rusia menarik diri dari kota-kota di utara ibu kota Kyiv pekan lalu saat mereka mengalihkan serangannya ke selatan dan timur Ukraina. Pasukan Ukraina merebut kembali kota-kota yang hancur akibat perang selama hampir enam minggu, termasuk Bucha, tempat ditemukanya warga sipil yang tewas berjajar di jalan-jalan.

Gambar kuburan massal di Bucha dan tubuh terikat orang ditembak dari jarak dekat menarik kecaman internasional pada Senin (4/4).

Diketahui, Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari lalu yang bertujuan untuk mendemiliterisasi dan "mendenazifikasi" Ukraina. Ukraina dan Barat mengatakan invasi itu ilegal dan tidak dapat dibenarkan.

Pasukan Rusia mundur dari ibukota Kyiv dalam menghadapi perlawanan Ukraina yang mematikan dan bergerak dengan menggunakan persenjataan anti-tank Barat.

Moskow menggambarkan penarikan itu sebagai isyarat niat baik pada pembicaraan damai, yang terakhir diadakan pada Jumat (1/4). Negosiator dijadwalkan bertemu pada Senin (4/4), tetapi tidak ada pihak yang memberikan pembaruan tentang pembicaraan tersebut.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement