Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Badai Pasir Hantam Dubai hingga Suriah, Kerugian Capai Rp190 Triliun per Tahun

Susi Susanti , Jurnalis-Kamis, 26 Mei 2022 |15:50 WIB
Badai Pasir Hantam Dubai hingga Suriah, Kerugian Capai Rp190 Triliun per Tahun
Badai pasir hantam Timur Tengah (Foto: Reuters)
A
A
A

WASHINGTON - Langit dari Dubai hingga Suriah berubah menjadi jingga apokaliptik saat debu dan pasir beterbangan di udara bulan ini.

Ribuan orang di Timur Tengah membanjiri rumah sakit, tidak dapat bernapas dengan baik. Di Suriah, unit medis menimbun tabung oksigen. Bisnis dan sekolah ditutup di Baghdad, sementara Teheran menangguhkan penerbangan dan Kuwait menghentikan lalu lintas maritim.

Badai pasir tidak mengenal batas. Mereka mengancam akan mendatangkan malapetaka di kawasan yang vital bagi ekonomi global, dengan potensi untuk memengaruhi segalanya, mulai dari harga gas di pompa di Amerika Serikat (AS) hingga seberapa cepat pelanggan di Spanyol dapat menerima paket dari China.

Baca juga: Badai Debu Sebabkan Tabrakan 20 Mobil, Tewaskan Setidaknya 7 Orang 

Para ahli memperingatkan bahwa fenomena ini semakin memburuk. Ini sebagian didorong oleh perubahan iklim yang membuat lanskap kawasan itu lebih panas dan lebih kering, dan pola cuaca yang melengkung untuk menciptakan badai yang lebih intens.

Baca juga: Dilanda Badai Debu Dahsyat, Langit Beijing Berubah Cokelat 

Timur Tengah adalah rumah bagi tiga jalur air strategis dan hampir setengah dari cadangan minyak dunia yang diketahui. Wilayah ini sangat penting bagi perdagangan global dan pasokan energi.

Sekilas kekuatan destruktif badai terlihat pada Maret 2021, ketika Terusan Suez diblokir selama enam hari oleh sebuah kapal yang terlempar keluar jalur oleh badai pasir, menahan hampir USD60 miliar (Rp877 triliun) dalam perdagangan. Dua belas persen perdagangan global melewati chokepoint itu.

Tapi badai mendatangkan malapetaka terbesar mereka pada kesehatan orang-orang Timur Tengah dan ekonomi mereka. Menurut Bank Dunia, fenomena tersebut merugikan ekonomi kawasan itu sebesar USD13 miliar (Rp190 triliun) per tahun.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement