BEIJING - Ibu kota China, Beijing, diselimuti debu cokelat tebal pada Senin (15/3/2021) akibat angin kencang bertiup dari Gurun Gobi dan bagian barat laut China. Badan meteorologi China menyebut ini sebagai badai debu pasir terbesar dalam satu dekade yang melanda negara itu.
Administrasi Meteorologi China mengumumkan peringatan kuning pada Senin pagi, mengatakan badai pasir telah menyebar dari Mongolia Dalam ke Provinsi Gansu, Shanxi dan Hebei, yang mengelilingi Beijing.
BACA JUGA: Badai Debu Sahara Terjang AS, Perburuk Kondisi Pasien Covid-19
Negara tetangga Mongolia juga dilanda badai pasir besar, dengan setidaknya 341 orang dilaporkan hilang, menurut kantor berita negara China Xinhua. Penerbangan telah dihentikan dari Hohhot, ibu kota Mongolia Dalam.
Indeks kualitas udara resmi Beijing mencapai level maksimum 500 pada Senin pagi, dengan partikel mengambang yang dikenal sebagai PM10 meningkat melebihi 8.000 mikrogram per meter kubik di beberapa distrik, menurut pusat pemantauan lingkungan kota.
BACA JUGA: Badai Pasir Raksasa Selimuti Ibu Kota Niger, Ubah Langit Jadi Merah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsentrasi PM10 harian rata-rata tidak lebih dari 50 mikrogram.
Pembacaan PM2.5, partikel lebih kecil yang menyusup ke paru-paru, juga di atas 300 mikrogram per meter kubik, jauh lebih tinggi dari standar China yaitu 35 mikrogram.
Beijing menghadapi badai pasir biasa pada Maret dan April karena kedekatannya dengan gurun besar Gobi serta penggundulan hutan dan erosi tanah di seluruh China utara.
Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Pengawas KKP Lakukan Upacara Bawah Laut