Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gajah Hutan Afrika Bantu Perangi Perubahan Iklim

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Senin, 06 Juni 2022 |12:38 WIB
Gajah Hutan Afrika Bantu Perangi Perubahan Iklim
Gajah hutan Afrika bantu perangi perubahan iklim. (BBC)
A
A
A

"Setidaknya beberapa ratus ribu gajah hutan hilang antara tahun 2002-2013, rata-rata 60 ekor sehari, atau satu setiap 20 menit, siang dan malam," kata Fiona Maisels, rekan penulis studi dan ilmuwan di Wildlife Conservation Society, saat itu.

"Saat Anda sarapan, seekor gajah mati untuk menghasilkan pernak-pernik untuk pasar gading," katanya.

"Kami telah kehilangan banyak gajah hutan dalam dua dekade terakhir," kata Thomas Breuer, koordinator gajah hutan Afrika di World Wide Fund for Nature (WWF).

"Gajah hutan memiliki pola reproduksi yang jauh lebih lambat [dibanding gajah sabana], dan oleh karena itu dibutuhkan waktu lebih lama bagi populasi untuk pulih."

"Perilaku mereka terganggu oleh perburuan liar. Banyak yang tidak memiliki ibu dan tidak dapat mempelajari pola pergerakan individu yang biasanya mereka warisi dari ibu pemimpin," katanya.

Karena habitat mereka menyusut, gajah juga melakukan kontak yang lebih dekat dengan manusia, yang telah menyebabkan peningkatan pembunuhan pembalasan terhadap gajah, katanya.

Perubahan iklim juga menyebabkan penurunan pertumbuhan buah-buahan di hutan hujan Afrika, membuat gajah sangat rentan terhadap pengurangan pasokan makanan mereka, menurut sebuah studi tahun 2020 oleh Emma Bush dari University of Stirling di Skotlandia.

Menghargai Alam

Jika kawanan gajah hutan Afrika kembali ke jumlah semula dan memulihkan jangkauan mereka seluas 2,2 juta km persegi, mereka dapat meningkatkan penangkapan karbon sebesar 13 metrik ton per hektare, menurut penelitian Berzaghi.

Ini setara dengan emisi yang dihasilkan oleh 10 mobil bensin selama satu tahun per hektare.

Berzaghi mengatakan penelitian menunjukkan, kelangsungan hidup gajah hutan sangat penting untuk melestarikan Cekungan Kongo, hutan hujan terbesar kedua di dunia, sebagai penyerap karbon utama.

Ini menjadi lebih mendesak sekarang karena sebagian dari hutan hujan Amazon kehilangan fungsinya sebagai penyerap karbon, katanya.

Menurut penelitian oleh Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa Brasil (INPE), lebih dari seperempat Amazon sekarang mengeluarkan lebih banyak karbon daripada yang diserapnya.

"Ini adalah dampak yang sangat besar, Anda tahu secara langsung karena kita mengeluarkan CO2 ke atmosfer, yang mempercepat perubahan iklim tetapi juga karena mendorong perubahan kondisi musim kemarau dan tekanan pada pohon yang akan menghasilkan lebih banyak emisi," penulis utama Luciana Gatti mengatakan kepada BBC News pada Juli 2021.

"Kita tidak akan mencapai netralitas karbon jika kita tidak berinvestasi dalam solusi berbasis alam," kata Berzaghi.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement