Menjual jasa karbon gajah
Pihak-pihak lain ada yang mengambil konsep nilai uang gajah selangkah lebih maju.
Startup Rebalance Earth bertujuan menggunakan temuan ilmiah Berzaghi dan penilaian Chami untuk menjual potensi penangkapan karbon oleh gajah ke perusahaan di seluruh dunia.
Membangun dari pasar penyeimbang karbon, yang memungkinkan perusahaan untuk mengimbangi emisi mereka dengan membayar penanaman pohon atau proyek energi terbarukan di tempat lain, Rebalance Earth telah mulai menjual token ekosistem yang mewakili karbon yang ditangkap oleh setiap gajah.
"Nilai moneter gajah hutan secara langsung berkaitan dengan seberapa banyak penyerapan karbon yang mereka lakukan dalam masa hidup mereka dan jumlah itu dikalikan dengan harga offset karbon saat ini," kata kepala eksekutif Rebalance Earth, Walid Al Saqqaf.
Perusahaan yang membeli token membayar untuk melindungi gajah, dengan dana yang terkumpul akan digunakan untuk penjaga taman dan komunitas lokal, menurut Al Saqqaf.
Seluruh transaksi akan dikelola dan dipantau melalui teknologi private blockchain.
"Semua orang menyukai gajah, tetapi apakah itu menghentikan penurunan mereka?" dia berkata.
"Orang-orang tidak membuat pilihan yang tepat berdasarkan niat baik, kita membuat keputusan berdasarkan isi dompet. Bagaimana kami dapat menggunakan inisiatif keuangan itu untuk melakukan hal yang benar?"
Rebalance Earth meluncurkan proyek percontohan di Gabon, tempat tinggal hingga 70% gajah hutan Afrika.
Gabon menyumbang hampir seperlima dari hutan Cekungan Kongo dan memiliki tingkat deforestasi yang lebih rendah daripada tetangganya, Republik Kongo dan Kamerun.
Namun, penjaga hutan di Gabon mengancam akan mogok kerja tahun ini, karena kondisi kerja yang buruk dan pembayaran yang terlambat.
"Pendanaan kami akan memastikan bahwa ada cukup penjaga untuk melindungi gajah dan berinvestasi di komunitas lokal," kata Al Saqqaf.
Beberapa orang skeptis tentang pendekatan Rebalance Earth, dengan alasan masalah lingkungan dan etika seputar penggunaan token digital yang didukung oleh blockchain untuk mendanai konservasi.
Catherine Flick, peneliti senior dalam komputasi dan tanggung jawab sosial di De Montfort University di Leicester, Inggris, mengatakan masalah utamanya adalah "spekulatif" dan "sangat sulit diatur".
Namun, Al Saqqaf berpendapat bahwa "keindahan" sistem blockchain adalah bahwa masing-masing pihak memiliki akses informasi yang sama persis seperti yang lain.
"Seiring dengan petumbuhan platform kami, kami akan membangun badan tata kelola independen dan akan meninjau peran mereka untuk memverifikasi transaksi," tambahnya.
Flick mengatakan ada juga masalah siapa yang diuntungkan dari program ini: perusahaan besar yang membeli token atau masyarakat lokal yang melakukan pekerjaan konservasi?