Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

8 Juni, Soeharto Lahir Tanpa Diiringi Tanda Alam Istimewa

Solichan Arif , Jurnalis-Rabu, 08 Juni 2022 |16:21 WIB
8 Juni, Soeharto Lahir Tanpa Diiringi Tanda Alam Istimewa
Potret Soeharto muda/ Foto: Repro
A
A
A

Kertosudiro berstatus duda saat menikahi Sukirah. Ia memiliki nama lahir Wagiyo, namun di Kemusuk akrab dipanggil Panjang.

Pada saat pernikahan yang pertama, namanya bersalin menjadi Kertorejo. Pernikahan yang dikarunia dua orang anak, yakni laki-laki dan perempuan itu tak bertahan lama. Pasangan suami istri itu bercerai. Kertorejo mengganti nama menjadi Kertosudiro saat menikahi Sukirah yang berstatus lajang.

Kehadiran bayi laki-laki itu membuat Kertosudiro girang. Bayi yang masih merah itu digendongnya. Mendapatkan anak laki-laki yang sehat dan kuat sebagaimana bayi-bayi lain di kampung Kemusuk, membuatnya bahagia.

“Ya, saya selalu mengharapkan anak laki-laki. Tuhan mengabulkan permintaan kita. Kita mesti bersyukur kepadaNya, dan seminggu lagi kita adakan selamatan untuk memberi nama," ucapnya.

Di Kemusuk, Kertosudiro dikenal sebagai sosok sederhana yang penampilannya selalu njawani. Ia selalu mengenakan baju adat Jawa, lengkap dengan kain panjang serta blangkon di kepala.

Secara ekonomi Kertosudiro bukan termasuk kalangan berada. Ia tidak memiliki tanah. Sawah seluas kurang dari satu hektar yang dikerjakan, merupakan sawah bengkok dari jabatannya sebagai ulu-ulu.

Karena tak mampu membeli kerbau, Kertosudiro menggarap sawahnya dengan cara mencangkulinya sendiri. Kendati demikian, kelahiran bayi laki-laki harus dirayakan dengan meriah.

Tepat seminggu paska kelahiran putranya, Kertosudiro menggelar hajat selamatan. Diundanglah semua saudara, sanak kerabat, tetangga dekat untuk berkumpul dan makan bersama.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement