Diketahui, kelompok itu merebut kekuasaan pada Agustus lalu dan menempatkan pemerintahan sementara yang semua anggotanya laki-laki, menyusul berakhirnya intervensi militer asing yang dipimpin AS selama hampir 20 tahun di negara Asia Selatan yang dikoyak perang tersebut.
Belum ada negara yang mengakui Taliban sebagai penguasa yang sah di negara itu, terutama karena perlakuan mereka yang buruk terhadap perempuan dan anak perempuan Afghanistan. Kelompok itu juga ditekan untuk memerintah negara dengan sistem politik yang luas dimana semua kelompok Afghanistan terwakili untuk menjamin stabilitas nasional.
(Susi Susanti)