Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral Sri Lanka P Nandalal Weerasinghe mengatakan kepada Reuters, ketidakstabilan politik dapat merusak negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket penyelamatan.
Dia mengisyaratkan akan tetap menjabat meskipun pada Mei lalu dia mengatakan bisa mengundurkan diri jika tidak ada stabilitas politik di negara kepulauan berpenduduk 22 juta jiwa itu.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan transisi pemerintahan yang mulus dan solusi berkelanjutan untuk krisis ekonomi.
Pemimpin oposisi Sajith Premadasa, yang partainya Samagi Jana Balawegaya memegang 54 kursi di parlemen yang beranggotakan 225 orang, mengatakan siap untuk masuk ke pemerintahan.
"Kami sebagai oposisi siap memberikan kepemimpinan untuk menstabilkan negara dan membangun kembali perekonomian," katanya. "Kami akan menunjuk presiden baru, perdana menteri dan membentuk pemerintahan,” lanjutnya.
(Susi Susanti)