Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Rohingya di Pengungsian, Lebih Baik Dibunuh Daripada Dideportasi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Rabu, 31 Agustus 2022 |11:05 WIB
Kisah Rohingya di Pengungsian, Lebih Baik Dibunuh Daripada Dideportasi
Rehman melarikan diri dari Myanmar pada 2017 dan saat ini berada di India. (Foto: BBC)
A
A
A

JAKARTA – Lima tahun sejak eksodus besar-besaran dari Provinsi Rakhine karena kebrutalan militer Myanmar, ratusan ribu pengungsi Rohingya masih belum bisa mendapatkan keadilan. Bahkan, harapan untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik di negara lain terkendala oleh status mereka.

Namun, kehidupan mereka di negara asing, bagi banyak orang Rohingya, menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan di negara asal mereka, Myanmar. Beberapa warga Rohingya bahkan memilih dibunuh daripada dipulangkan ke Myanmar.

Hal ini dirasakan oleh Rehman, seorang pengusaha etnis Rohingya yang berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di India.

Rehman, seorang pengusaha di Myanmar, melarikan diri bersama keluarganya pada 2017 untuk menghindari kampanye genosida oleh junta militer. Setelah berjalan selama berhari-hari, Rehman dan istrinya Mahmuda berhasil sampai ke kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh.

Setelah kelahiran putrinya, Yasmin, pada 2020, Rehman membawa keluarganya menyeberang ke India untuk mencari kehidupan yang lebih baik, terutama demi sang anak. Organisasi pengungsi memperkirakan terdapat antara 10.000 hingga 40.000 orang Rohingya yang tinggal di India, bahkan ada yang telah tinggal sejak 2012.

Kehidupan Rehman di New Delhi mulanya berjalan biasa, sederhana, tanpa kontroversi, seperti banyak orang Rohingya lain di India. Namun, bulan ini, ketakutannya akan ancaman deportasi muncul karena cuitan seorang menteri India.

Dalam pernyataan di Twitter Hardeep Singh Puri, Menteri Serikat untuk Urusan Perumahan dan Perkotaan India mengatakan bahwa para pengungsi Rohingya akan diberikan perumahan, fasilitas dan perlindungan polisi. Cuitan itu menarik perhatian pada para pengungsi Rohingya, terutama dari para penentang keberadaan mereka di India.

Menanggapi cuitan itu pemerintah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa membantah telah menawarkan fasilitas ini kepada Muslim Rohingya. Pemerintah India bahkan menggambarkan mereka sebagai "orang asing ilegal" yang harus dideportasi atau dikirim ke pusat penahanan.

Pernyataan ini membuat masa depan Rehman dan keluarganya di India terancam, tetapi dia mengatakan lebih memilih dibunuh daripada dideportasi ke Myanmar.

"Pemerintah India juga tidak menginginkan kami... tapi saya lebih suka mereka membunuh kami daripada mendeportasi kami ke Myanmar," ujarnya sebagaimana dilansir BBC.

Tidak ada negara yang mau menerima ratusan ribu orang Rohingya. Bahkan, Bangladesh, negara yang menampung mayoritas pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar telah mengatakan kepada PBB bahwa para pengungsi itu harus dipulangkan kembali ke Myanmar.

PBB mengatakan bahwa tidak aman untuk memulangkan orang-orang Rohingya ke Myanmar karena konflik yang terjadi. Pada Februari 2021, junta Myanmar, yang dituduh melakukan kejahatan terhadap Rohingya - mengambil alih negara itu dalam kudeta militer.

Sampai keadaan aman bagi pengungsi Rohingya untuk kembali ke Myanmar, Rehman dan pengungsi Rohingya lainnya membutuhkan bantuan dan kasih sayang dari negara-negara dunia.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement