Rusia diketahui telah menjalin hubungan ekonomi yang lebih erat dengan China dan negara-negara non-Barat lainnya, khususnya sebagai pasar baru untuk ekspor hidrokarbon vitalnya.
Presiden Vladimir Putin awal tahun ini memaksa pelanggan Eropa untuk membuka rekening bank rubel dengan Gazprombank dan membayar dalam mata uang Rusia jika mereka ingin terus menerima gas Rusia. Pasokan terputus ke beberapa perusahaan dan negara yang menolak persyaratan kesepakatan.
Seperti diketahui, Rusia menandatangani perpanjangan penting senilai USD37,5 miliar (Rp560 triliun) untuk kesepakatannya memasok gas ke China pada malam invasi.
Ini mulai memompa gas ke China melalui pipa gas Power of Siberia sepanjang 3.000 km (1.865 mil) pada akhir 2019. Putin memuji langkah itu sebagai "peristiwa yang benar-benar bersejarah, tidak hanya untuk pasar energi global, tetapi di atas segalanya untuk Rusia dan CHina."
(Susi Susanti)