Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pecehkan Anak 8 Tahun Berjalan Buntu, Perempuan Vietnam Bersatu Buka Suara Tuntut Perubahan

Tim Okezone , Jurnalis-Sabtu, 10 September 2022 |07:00 WIB
Pecehkan Anak 8 Tahun Berjalan Buntu, Perempuan Vietnam Bersatu Buka Suara Tuntut Perubahan
Mantan jaksa di Vietnam lecehkan anak 8 tahun di dalam lift/ Doc: BBC
A
A
A

Saya melawan, dan mencoba menelepon keluarga saya. Tapi ia mencegah degan memegangi tangan saya. Untungnya saya punya satu telepon lagi di tas, dan dengan itu saya berhasil menelepon teman saya.

Ia kelihatan jadi takut, lalu menghentikan pegangannya. Ia lalu minta maaf dan mengantar saya ke rumah. Maka kini saya selalu membawa tiga telepon genggam untuk melindungi diri.

Saya melihat bagaimana perempuan difabel di VIetnam berjuang lebih keras. Apalagi kadang mereka melahirkan anak dari hasil pemerkosaan.

 BACA JUGA:Gelar Muskerwil III, TGB Harap Perindo di Sumut Menang pada Pemilu 2024

Saya harap masyarakat dan pemerintah berusaha keras mencari pemecahan atas soal ini.

'Saya tak akan diam'

Ly, bukan nama sebenarnya, ketika kecil dilecehkan oleh suami sepupunya.

Saya mengadukan ke orang tua saya, tapi mereka mengabaikan karena itu dianggap hanya ungkapan rasa sayang sesama anggota keluarga.

Ketika saya 12 tahun, guru olah raga saya di sekolah juga berusaha melecehkan saya. Ia menyentuh murid-murid perempuan di sekolah, tapi ketika saya akan disentuh, saya kabur.

Lalu saya menulis nama guru itu di papan tulis sebagai protes. Dia marah sekali dan meminta kepala sekolah memanggil orang tua saya ke sekolah.

Ibu saya datang dan meminta maaf, karena saya dianggap telah menyinggung si guru olah raga.

Selama lebih dari 30 tahun, saya dilecehkan berkali-kali dan saya mengadu ke orang dewasa tetapi mereka selalu berdiam diri.

Tapi kejadian di lift dengan gadis delapan tahun itu bikin saya bicara. Saya sekarang punya anak perempuan dan saya ingin melindunginya sebaik-baiknya.

Saya bilang, jangan biarkan orag menyentuh tubuhmu, dan kalau ada yang melakukannya, adukan ke saya. Saya tak ingin seperti ibu saya. Saya tak akan diam.

Beban pembuktian

Bulan Januari 2019, sebuah laporan dari Economist Intelligence Unit menempatkan Vietnam di urutan 37 dari 40 negara dalam soal kemampuan menanggapi pelecehan dan eksploitasi seksual terhadap anak-anak.

Laporan ini diabaikan oleh pemerintah Vietnam, dan mereka menyebutnya "tidak jelas".

Angka resmi pemerintah meyebut adanya 1.269 kasus pelecehan seksual terhadap anak di tahun 2018, tetapi lembaga swadaya masyarakat khawatir angkanya jauh lebih tinggi.

Ini disebabkan oleh hukum soal kekerasan seksual terhadap anak bersifat mendua, sulit untuk membuat hukuman.

Beberapa bentuk pelecehan seksual tak dianggap kriminalitas dan beban pembuktian ada pada korban.

 BACA JUGA:Anies Gratiskan Pajak Bumi Bangunan bagi Keluarga Pahlawan hingga Tiga Generasi

Kemauan politik

Rana Flowers, perwakilan Unicef di Vietnam, menjelaskan "kemauan politik" pemerintah untuk menangani soal ini meningkat, tetapi perangkat hukum masih kurang dalam melindungi dan merawat korban.

Lembaga Perwakilan Nasional Vietnam sedang dalam proses merancang rencana aksi 2020 dalam soal ini.

Bulan Mei lalu, kementrian pendidikan membuat kelas pelatihan wajib untuk pencegahan pelecehan seksual bagi pelajar kelas satu sekolah dasar, yang berumur 6-7 tahun.

Guru-guru menggunakan kartu bergambar untuk mengajarkan anak-anak menghadapi serangan dan bagian tubuh mana yang privat.

Sekalipun menghargai inisiatif ini, Dr. Khuat Thu Hong sebagai seorang korban merasa bahwa pendidikan ini masih menempatkan tanggung jawab pada anak-anak. Seakan-akan beban utama ada pada calon korban agar "tak membiarkan orang menyentuh" tubuh mereka, dan bukan sebaliknya.

(Nanda Aria)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement