KANADA - Dosen Carleton University di Ottawa dan pakar tentang peran kerajaan, Philippe Lagasse mengklaim, dukungan warga kepada kerajaan semakin berkurang.
“Bahkan di Kanada, sebuah negara berbahasa Inggris, dukungan bagi kerajaan semakin berkurang dari tahun ke tahun,” kata Philippe Lagasse, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (10/9/2022).
Menurut sebuah jajak pendapat April lalu, mayoritas kecil warga Kanada – naik menjadi 71% di Provinsi Quebec yang berbahasa Prancis – bahkan ingin melepaskan kerajaan, yang sebagian besar perannya kini bersifat seremonial.
BACA JUGA:Kagumnya Warga Kanada dengan Ratu Elizabeth II, Tapi...
Lalu, sebanyak 67% mengaku menentang naik takhtanya Charles menjadi raja Inggris. Kunjungannya ke Kanada Mei lalu pun hampir tidak diperhatikan.
Sementara itu, dosen politik di University of Quebec, March Chevrier mengatakan, untuk mengikuti jejak Barbados, yang pada tahun 2021 memilih untuk memisahkan diri dari Kerajaan Inggris dan menjadi sebuah republic, Kanada perlu melakukan reformasi besar-besaran terhadap institusi dan undang-undang konstitusionalnya.
BACA JUGA:SBY Kenang Keramahan Ratu Elizabeth II saat Kunjungan Negara ke Inggris
"Sebuah prinsip berdirinya Kanada tahun 1867 menyebutkan, Kerajaan merupakan dasar seluruh undang-undang konstitusional,” jelas Chevrier.
Contohnya, ia mencatat bahwa “kantor perdana menteri bahkan tidak tertulis dalam konstitusi Kanada, yang hanya menyebut kerajaan,” sambungnya.
Mengubah konstitusi dan menghapus monarki memerlukan upaya besar dan mungkin negosiasi politik selama bertahun-tahun karena memerlukan persetujuan bulat Parlemen serta pemerintah kesepuluh provinsi di Kanada.
Perdebatan semacam itu kemungkinan akan memanas di negara yang semakin terbelah secara politis itu.
"Kemudian semua simbolisme kerajaan bisa ditarget dengan tujuan untuk semakin menghapus kaitan dengan kerajaan Inggris. Yang menjadi target misalnya uang koin dan uang kertas pecahan $20 Kanada dengan gambar wajah Ratu Elizabeth II," kata Philippe Lagasse.
Protokol-protokol tertentu juga harus diubah, khususnya sumpah kewarganegaraan. Warga negara baru Kanada diharuskan untuk bersumpah “setia kepada Yang Mulia Ratu Elizabeth II, Ratu Kanada, kepada ahli waris dan penerusnya.”
Sumpah itu tidak berhasil ditentang di pengadilan pada tahun 2014 oleh tiga orang imigran yang beralasan bahwa isi sumpah itu menyalahi keyakinan agama dan hati nurani mereka. Bagi populasi Kanada yang semakin beragam dan multibudaya, juga sedang merenungkan sejarah kolonialismenya, hubungan dengan Kerajaan Inggris tampak semakin tidak relevan.
(Awaludin)