4. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Shadiq. Lahir pada 9 September 1400 Masehi.
Ayahnya adalah Sunan Ngudung yang merupakan saudara dari Sunan Ampel. Sementara ibunya, Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil, yang merupakan adik dari Sunan Bonang.
Berdasarkan silsilahnya, Sunan Kudus merupakan keturunan ke-10 Rasulullah SAW. melalui Sayyid Husain.
Sebutan Sunan Kudus tercipta karena beliau memilih Kudus sebagai tempat berdakwah terlamanya hingga bertahun-tahun.
Sunan Kudu memiliki torelansi antar agama yang sangat tinggi. Dengan begitu, cara berdakwahnya adalah dengan mendekatkan agama Hindu Buddha ke Islam.
Seperti halnya, beliau memelihara sapi besar dan memotong kerbau untuk kurban karena menghargai agama Hindu yang menganggap sapi adalah hewan suci.
Selain itu, beliau juga membangun sebuah arsitektur yang menggabungkan unsur Hindu dan Islam dan mendekati mesyarakat dengan kebutuhan pokok mereka.
5. Sunan Giri
Nama aslinya Raden Paku. Putra dari Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu. Ayahnya merupakan seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah dan ibunya merupakan putri Prabu Menak Sembuyu.
Sewaktu bayinya, beliau dihanyutkan ke laut dan ditemukan oleh awak kapal. Kemudian beliau diadopsi oleh saudagar perempuan, Nyai Gede Pinatih.
Nama Sunan Giri disebabkan karena beliau mendirikan pesantren di perbukitan Sidomukti, Kebomas. Nama giri (bahasa Jawa) artinya gunung.
Beliau tidak hanya menyebarkan agama Islam di Jawa, tetapi juga di Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Cara berdakwahnya lewat dengan permainan anak-anak hingga kesenian, seperti wayang. Selain itu, pesantren Giri yang dibangunnya berubah menjadi Kerajaan Giri Kedaton karena pengaruhnya yang besar.
6. Sunan Kalijaga
Nama aslinya Raden Mas Syahid. Lahir di Tuban tahun 1459.
Ayahnya adalah bangsawan bernama Raden Ahmad Sahuri. Ibunya putri dari Raden Kidang Telangkas yang bernama Dewi Nawangarum.
Nama Sunan Kalijaga ini diberikan oleh Sunan Bonang ketika beliau menjadi muridnya. Saat itu, Sunan Kalijaga diperintahkan untuk menjaga tongkatnya yang ditancapkan di pinggir kali.
Sunan Kalijaga pun menyanggupinya dan menjaga tongkatnya berhari-hari tanpa meninggalkan tempat tersebut.
Semasa mudanya, Sunan Kalijaga merupakan berandalan yang sering melakukan kejahatan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes pemerintahan Tuban yang membiarkan rakyatnya kelaparan, tetapi malah menarik pajak dan upeti mereka.
Sama seperti Wali Songo lainnya, Sunan Kalijaga menggunakan kesenian untuk menyebarkan ajaran Islam. Tempat dakwah beliau berada di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Sunan Kalijaga ikut turut serta dalam pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak.