CAPE TOWN - Empat belas penambang ilegal di Afrika Selatan (Afsel) telah dibebaskan dari tuduhan pemerkosaan setelah bukti DNA gagal mengaitkan mereka dengan kejahatan tersebut.
Seperti diketahui, pada Juli lalu, delapan wanita diserang oleh puluhan pria saat mereka merekam video musik di dekat tambang yang ditinggalkan di luar Johannesburg.
Laporan serangan ini mengguncang Afrika Selatan dan menyebabkan protes kekerasan dan ancaman terhadap migran tidak berdokumen.
Polisi mengatakan mereka akan terus menyelidiki untuk membawa para pelanggar ke pengadilan.
Baca juga: Kisah Perjuangan Bilkis Bano Tuntut Keadilan Usai Dirudapaksa 11 Pria
Afrika Selatan memiliki salah satu tingkat pemerkosaan tertinggi yang dilaporkan di dunia, tetapi hukuman tetap rendah.
Serangan terhadap model dan kru video musik memperbaharui seruan kepada pihak berwenang untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi kekerasan berbasis gender. Namun saat ini banyak dakwaan yang dibatalkan dan dinilai sebagai kegagalan lain sehubungan dengan korban kekerasan seksual.
"Ini akan menambah sinisme yang ada terhadap polisi dan pengadilan dalam menangani kasus kekerasan seksual," terang Lisa Vetten, direktur Tshwaranang, yang berkampanye untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, dan yang telah berbicara dengan beberapa korban.
"Mengalami hal semacam ini bisa menjadi kemunduran besar dalam percaya atau mencoba percaya bahwa Anda bisa aman lagi," katanya kepada BBC.
Vetten mengakui bahwa ini bukan kasus yang mudah untuk diselidiki. "Anda memiliki TKP dengan banyak tersangka dan di atas itu sangat banyak pria yang berada di TKP juga. Mengekstraksi DNA di TKP yang terkontaminasi menjadi sangat sulit," katanya.
Ke-14 pria itu ditahan dan didakwa setelah beberapa korban menunjuk mereka selama barisan polisi.
Namun pada Kamis (27/10/2022), seorang juru bicara dari Otoritas Penuntutan Nasional (NPA) Afrika Selatan mengatakan ada "bukti yang tidak cukup untuk melanjutkan kasus ini".
Orang-orang di kotapraja Kagiso menyalahkan "Zama Zamas" - istilah sehari-hari untuk penambang ilegal yang menggali emas di lubang bekas - untuk peningkatan kejahatan lokal.
Laporan serangan itu telah meningkatkan ketegangan.
Protes jalanan melihat polisi menembakkan granat kejut dan peluru karet untuk membubarkan massa yang marah yang mengejar para penambang dengan parang dan tongkat golf.
Penduduk setempat juga membakar rumah para migran yang mereka yakini bekerja secara ilegal di tambang bekas.
Meskipun 14 pria telah dibebaskan dari tuduhan kekerasan seksual dan perampokan, NPA mengatakan mereka masih akan didakwa melanggar Undang-Undang Imigrasi.
(Susi Susanti)