NEW YORK - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Timur Tengah (Timteng) Tor Wennesland mengatakan 2022 akan menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak PBB mulai melacak fatalitas pada 2005.
Ia menyerukan aksi segera untuk menenangkan "situasi yang eksplosif" dan melakukan upaya untuk memperbarui perundingan Israel-Palestina.
Wennesland mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa keputusasaan, kemarahan dan ketegangan yang memuncak sekali lagi pecah menjadi lingkaran kekerasan yang kian sulit dikendalikan, dan terlalu banyak orang, kebanyakan warga Palestina, telah tewas dan cedera.
Baca juga: Kelompok HAM: Israel Tahan 800 Warga Palestina Tanpa Pengadilan
Koordinator khusus bagi proses perdamaian Timur Tengah itu mengatakan memburuknya keadaan di Tepi Barat dan situasi yang rentan saat ini berakar dari kekerasan puluhan tahun antara warga Israel dan Palestina, absennya perundingan, dan kegagalan untuk memecahkan isu-isu penting yang memicu konflik Israel Palestina.
Baca juga: Aturan Baru Israel Wajibkan Pendatang Baru di Tepi Barat Lapor jika Jatuh Cinta pada Warga Palestina
Wennesland mengatakan pesannya kepada para pejabat dan faksi-faksi Palestina, para pejabat Israel dan masyarakat internasional dalam beberapa pekan belakangan sudah jelas.
"Prioritas utamanya adalah berusaha menenangkan situasi dan membalikan tren negatif di lapangan" tapi tujuannya "harus memberdayakan dan memperkuat Otorita Palestina dan membangun upaya untuk kembali ke proses politik,” terangnya, dikutip VOA.