Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Sholeh dan Para Kurir Kemerdekaan, Pengirim Kabar Proklamasi 1945

Asthesia Dhea Cantika , Jurnalis-Selasa, 01 November 2022 |09:58 WIB
Kisah Sholeh dan Para Kurir Kemerdekaan, Pengirim Kabar Proklamasi 1945
Ilustrasi (Foto: Istimewa)
A
A
A

JAKARTA-Kisah Sholeh dan para kurir kemerdekaan, pengirim kabar proklamasi 1945 memang menarik untuk dibahas. Kemerdekaan Indonesia pada 1945 tak lepas dari jasa para pengirim berita.

Apalagi, Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan Soekarno-Hatta di Pegangsaan Timur Jakarta, berusia dua bulan. Deklarasi kemerdekaan yang berlangsung mencekam. Di hari itu Jepang masih berkuasa. Dengan memiliki empat batalyon bersenjata lengkap, Jakarta masih dikangkangi sepenuhnya.

Berbeda dengan teknologi saat ini yang semakin canggih, dan informasi berita yang mudah diakses. Kala itu, teks proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno hanya bisa menjangkau sebagian kecil wilayah Indonesia, yaitu wilayah yang kebetulan memiliki radio dan dapat menangkap siaran berita dari RRI.

Pada masa itu, menjadi kurir bukanlah hal yang mudah. Mereka harus bisa pintar mengelabui para pasukan Belanda agar tak ditangkap.

Hal itu juga yang dirasakan oleh Sholeh. Kala itu, ia harus memberikan kabar kemerdekaan dengan sandi-sandi khusus agar tak diketahui pasukan Belanda.

Ia pun bertugas menyampaikan kepada siapa saja orang yang ditemuinya. Melansir dari Historia, Sholeh pernah diberi mandat oleh orang yang tidak dikenal untuk menyerahkan surat pada orang dengan lengan baju terangkat di Purwakarta.

Saat itu lokasinya bisa dibilang lumayan jauh, sehingga ia membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai ke sana. Ia bahkan harus melewati hutan untuk sampai ke perkampungan yang dituju.

Sesampainya di sana pun, saat bertemu orang yang dimaksud, masih ada kata sandi yang harus diucapkan. Hal ini membuktikan bahwa keadaan zaman dulu begitu sulit meskipun hanya mengirim pesan atau barang.

Selain sholeh, untuk menyebarluaskan kabar kemerdekaan, Kepala Kepolisian Negara di bawah Kementerian Dalam Negeri yang saat itu dijabat oleh Komisaris Jenderal Pol. Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo diutus mencari pemuda yang mau dikirim ke pelosok Indonesia yang bertugas sebagai kurir penyebar berita Proklamasi kemerdekaan. Pemerintah menganggap masyarakat yang tinggal di pelosok dusun, di pinggir hutan, di kaki gunung, dan di seberang lautan banyak belum mengetahui Indonesia sudah merdeka

Beberapa kurir lainnya yakni Gatot Iskandar baru berumur 15 tahun juga menjadi kurir kemerdekaan. Pada Oktober 1945, Gatot masih tercatat sebagai siswa kelas III SMP sekolah Taman Siswa Yogyakarta. Pada intinya, Gatot terpilih sebagai kurir kemerdekaan. Ia dipercaya menyebarluaskan kabar proklamasi kemerdekaan kepada penduduk Pulau Sumatera. Tugasnya memang bukan untuk berperang. Tapi amanah itu juga tidak ringan. Di ruangan yang hanya ada empat orang, termasuk Gatot sendiri. Remaja Kediri yang SMP saja belum lulus itu, mantap menyatakan kesanggupannya.

 (RIN)

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement