BANYAK kekuatan asing yang mencoba menaklukkan wilayah yang kini dikenal sebagai Afghanistan, sejak zaman Alexander Agung dan Genghis Khan. Namun, tak ada invasi yang berhasil.
Hal itu lantas membuat Afghanistan dikenal sebagai "Graveyard of Empires" atau "Kuburan Para Penguasa".
Amerika Serikat dan sekutunya menambah panjang daftar kekuatan dunia yang gagal di Afghanistan. Amerika angkat kaki secara tuntas pada akhir Agustus 2021.
Mengutip BBC News Indonesia, Kerajaan Inggris mencoba menundukkan negara ini pada abad ke-19, saat Britania Raya masih menjadi kekuatan terbesar di dunia, namun pada 1919 mereka harus meninggalkan Afghanistan dan memberikan negara itu kemerdekaan.
Uni Soviet lah yang kemudian berhasil menduduki Afghanistan pada 1979, dengan tujuan melanggengkan kekuasaan komunisme (yang didapatkan dari kudeta pada 1978).
 Baca juga: Usai Dilarang Pergi ke Taman dan Pasar Malam, Taliban Larang Wanita Afghanistan Datang ke Gym dan Pemandian Umum
Butuh 10 tahun bagi mereka untuk menyadari bahwa Uni Soviet tak akan memenangi peperangan di Afghanistan.
Inggris dan Rusia punya persamaan saat mereka menginvasi Afghanistan, keduanya saat itu dipimpin oleh kerajaan, yang tak lama setelah itu mulai runtuh.
Dua puluh tahun setelah invasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat pada 2001, berikut perang yang mengakibatkan ratusan ribu korban, pemerintahan Joe Biden memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan pada April 2021.
Keputusan kontroversial ini banyak dikritik, terutama setelah Kabul — ibu kota Afghanistan — dengan cepat jatuh ke tangan kelompok jihadis Taliban.
Biden bersikukuh dengan keputusannya menarik pasukan. Dia berkata, Amerika tak seharusnya mati "dalam perang yang warga Afghan sendiri enggan untuk membela diri".
"Tidak akan pernah ada kekuatan militer yang bisa menciptakan Afghanistan yang stabil, bersatu dan aman," imbuh Biden, menyebut kembali julukan yang legendaris itu, "Kuburan Para Penguasa".
Selama berabad-abad, Afghanistan tak ubahnya 'makam' bagi pasukan dan kekuatan asing yang berusaha mengendalikannya. Meskipun pada awalnya mereka terlihat sukses menginvasi, tapi cepat atau lambat, mereka terpaksa meninggalkan negara tersebut.
"Ini bukan karena masyarakat Afghanistan punya kekuatan besar, tapi apa yang terjadi di sana adalah kesalahan dari penguasa itu sendiri, karena keterbatasan dan permasalahan imperialisme," kata analis pertahanan dan kebijakan luar negeri, David Isby, yang juga penulis buku Afghanistan: Graveyard of Empires (2010) kepada BBC Mundo.
Follow Berita Okezone di Google News